UMAR adalah seorang tokoh yang memahami arti sebuah kepahlawanan dan kekaguman kepada orang lain. Bahkan, kekagumannya kerada orang yang lebih unggul dari dirinva dapat memberikan kesan bahwa beliau memang dilahirkan untuk mengagumi orang lain dan bukan untuk dikagumi. Disamping mencintai dan mempercayai Nabi, Umar juga mengagurni pribadi Nabi.
Umar selalu merasa bahwa dirinya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Nabi. Sebagaimana telah kita ketahui, Nabi Muhammad merupakan tauladan bagi para sahabat dan pengikutnya.
BACA JUGA:Â Wasiat Umar untuk Hakim
Dalam berinteraksi, Nabi selalu menunjukkan bahwa beliau adalah sebagai teman bagi mereka, sehingga sama sekali tidak ada perbedaan derajat antara dirinya dengan mereka.
Karena itulah, mereka pun tidak pernah merasakan adanya jurang pemisah antara Nabi dengan para sahabatnya.
Umar pernah mendengar Nabi memanggilnya dengan perkataan “Wahai saudaraku.”
Perkataan ini selalu teringat dalam benak Umar dan tak pernah terlupakan sepanjang hidupnya. Peristiwa itu terjadi ketika Umar memohon izin kepada Nabi untuk pergi menunaikan umrah.
Nabi bersabda, “Wahai saudaraku, jangan lupakan kami dalam do’amu.”
Setiap kali mengingat perkataan Nabi tersebut, Umar selalu berkata, “Tidak ada kalimat yang aku sukai selama matahari masih terbit kecuali kalimat “Wahai saudaraku.”
BACA JUGA:Â Pertemuan Kakek dan Nenek Umar bin Abdul Aziz
Hal ini merupakan bukti keagungan Nabi, karena beliau selalu menganggap semua orang baik, orang besar maupun kecil sebagai saudaranya.
Mereka dapat merasakan persaudaraan itu, bahkan sampai lupa sebenarnya ada perbedaan derajat antara mereka dengan Nabi dan ini juga merupakan bukti kebesaran pribadi Umar karena beliau adalah orang yang sangat memahami dan mengerti arti persaudaraan tersebut. []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002