“Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS Ali ‘Imran: 27)
Ya Rabb, di tengah semua sesak, Engkaulah yang melegakan nafas harapan kami dengan kisah tawakkal seorang ibu yang melarung bayi tercinta. Engkaulah Yang Maha Kuasa untuk melindungi, membesarkan, mendidik, serta melatih Musa justru di Istana Fir’aun durjana. Penguasa lalim membunuh semua bocah yang dicurigai akan menumbangkan kesombongannya. Tapi anak yang tertakdir menenggelamkan keingkarannya itu justru tumbuh dalam timangan permaisurinya.
Ya Rabb, di tengah segala gelap, Engkaulah yang menyalakan pelita hati kami dengan kisah seorang lelaki yang paling jeli menista kitab suci. Walid ibn Al Mughirah namanya, yang menghimpun perundingan untuk menyepakati serangan, bahwa Muhammad ﷺ memang tidak gila, bukan dukun, bukan penyair, tapi yang diucapkannya jelas adalah sihir.
Buktinya, ia memisahkan para pencinta mesra dari yang diintiminya. Kami baru akan tahu empat tahun setelah kavaleri itu memporakporandakan barisan mukminin di Uhud, rupanya telah lama Dia menitipkan “Pedang Allah yang Terhunus” di sulbi Walid ibn Mughirah, memberinya rizqi, menumbuhkan, mendidik, bahkan melatihnya bertempur, di wisma sang musuh Quran.
Ya Rabb, di tengah setiap susah, Engkaulah Yang menghibur hati kami dengan kisah seorang anak yang amat berbakti pada orangtua. Dialah yang menangis tersedu di hadapan Sang Nabi ﷺ lalu berkata, “Jika engkau hendak membunuh Ayahku, ‘Abdullah ibn Ubay, maka jangan engkau utus salah seorang sahabatmu Ya Rasulallah ﷺ . Sebab Madinah tahu bahwa aku ini anak berbakti, maka pasti aku akan dibakar dendam, lalu kubalas kematiannya dengan membunuh sahabatmu, hingga kafirlah aku karenanya.”
“Tetapi Ya Rasulallah ﷺ, jika engkau benar-benar ingin membunuh Ayahku itu, perintahkan saja aku. Jangan orang lain. Sebab betapapun aku mencintainya, cintaku pada Allah dan RasulNyah ﷺ jauh lebih besar dari apapun juga.”
Kepada Allah yang merawat Musa di istana Fir’aun, membesarkan Khalid sang Saifullah di wisma Walid ibn Al Mughirah, dan yang menganugerahkan iman ke dada Abdullah ibn ‘Abdullah ibn Ubay ibn Salul di rumah sang gembong munafiq; asa atas negeri ini kami tawakkalkan. []