ASMA binti Yazid adalah seorang sahabiyah Anshar dari Suku Aus, kabilah Bani Abdul Asyhal. Ia masih keponakan Muadz bin Jabal, putri dari saudara sepupunya, Yazid bin Sakan. Ketika berbaiat memeluk Islam, ia mengenakan dua gelang emas yang cukup besar. Nabi SAW bersabda kepadanya, “Wahai Asma, lemparkanlah kedua gelang itu! Tidakkah engkau takut jika Allah akan memakaikan dua gelang api neraka di tanganmu?”
Asma segera melepaskan keduanya, dan diserahkan kepada Nabi SAW untuk digunakan di jalan Allah.
BACA JUGA: Mengapa Wanita Wajib Menutup Aurat? Ini 3 Alasannya
Asma binti Yazid al Anshari RA pernah menghadap Nabi SAW untuk membawa keluhan kaum muslimah berkaitan dengan amaliah mereka. Mereka berpendapat bahwa kesibukan mereka mengurus anak dan suami serta tugas-tugas rumah tangga lainnya, nilai pahalanya begitu kecil dibanding dengan amalan kaum lelaki seperti shalat berjamaah, shalat Jumat, mengantar jenazah dan lain-lain, terutama dibandingkan dengan jihad fi sabilillah, berjuang menegakkan dan membela agama Allah SWT.
Nabi SAW mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan oleh Asma, kemudian beliau berpaling kepada para sahabat, dan berkata,”Wahai sahabat-sahabatku, pernahkan engkau dengar suatu pertanyaan yang lebih baik daripada pertanyaan wanita ini?”
“Wahai Rasulullah,” kata para sahabat, “Kami tidak menyangka seorang wanita bisa bertanya seperti itu!”
Nabi SAW berpaling lagi pada Asma dan bersabda,”Katakanlah kepada wanita-wanita muslimah yang mengutusmu, bahwa jika mereka berbuat baik kepada suaminya dan selalu menaatinya, melayaninya dengan baik dan selalu berusaha membuat mereka gembira, maka itu sangatlah berharga, dan mereka memperoleh pahala sama besarnya dengan pahala kaum lelaki.”
Mendengar penjelasan Nabi SAW, Asma begitu gembira dan ia segera kembali menemui mereka untuk mengabarkan hal yang menggembirakan para wanita tersebut.
BACA JUGA: Kisah Wanita Penghuni Surga Bersama Rasulullah
Asma dan beberapa wanita muslimah lainnya seringkali ikut terjun ke medan pertempuran, tentunya mereka berada di garis belakang untuk memberikan minuman dan juga mengobati mereka yang terluka, termasuk juga mengobarkan semangat para mujahidin. Tetapi dalam perang Yarmuk di masa Khalifah Umar bin Khaththab, Asma tidak cukup sabar berada di garis belakang. Ia melihat gelombang pasukan Romawi begitu besarnya, sehingga ia terbawa arus untuk ikut menyerang mereka. Ia tidak memperoleh apa-apa sebagai senjata, maka ia mengambil salah satu tiang penyangga tendanya dan mulai menyerang musuh. Dengan senjatanya itu ia berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi, walau tak urung ia juga memperoleh luka-luka yang parah di sekujur tubuhnya. Tetapi akhirnya ia sembuh dari luka-lukanya tersebut.[]
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar