Oleh: Rosandi Ardi Noegraha
Dosen dan Pegiat Sosial
rosandiardinugraha@gmail.com
PERTARUNGAN antara kebenaran dan kebatilan akan terus berlanjut hingga akhir zaman. Salah satu bentuk pertarungan itu adalah gerakan kampanye No Hijab Day. Kampanye ini adalah bentuk liberalisasi di tengah kaum Muslimin, kampanye ‘No Hijab Day‘ di prakarsai oleh kaum feminis-liberal, media kampanye diserukannya melalui jejaring sosial, khususnya Facebook.
Tokoh utama pengagas pertama aksi No Hijab Day adalah Yasmine Mohammed tokoh liberal ini melakukan kampanye anti hijab di Iran pada Februari 2018. Tujuannya untuk melawan aturan-aturan yang memaksa perempuan untuk mengenakan hijab. Besar kemungkinan aksi tersebut sebagai perlawanan terhadap aksi World Hijab Day yang diperingati pada 1 Februari.
Di Indonesia pelopor anti hijab di prakarsai oleh gerakan bernama Hijrah Indonesia yang mengkampanyekan aksi No Hijab Day. Dikutip dari laman fanpage Hijrah Indonesia, dalam penjelasan acara, Hijrah Indonesia menulis,
BACA JUGA: Mayor Wanita Muslim Afsel Menangkan Sidang Terkait Pemakaian Hijab pada Seragam SANDF
“Hijrah Indonesia mengajak Anda para perempuan Indonesia baik Muslim maupun bukan Muslim untuk meramaikan #NoHijabDay dengan menayangkan foto-foto Anda berbusana dengan nuansa Indonesia dengan memperlihatkan kepala Anda tanpa memakai hijab/jilbab/ niqab/cadar/ kerudung dan semacamnya di akun media sosial Anda, baik Instagram, Facebook, maupun Twitter dan blog Anda dengan hashtag #NoHijabDay dan #FreeFromHijab pada 1 Februari 2020.”
Kampanye anti hijab merupakan ajakan untuk melepas hijab, sebagai upaya kontra sosialisasi pemakaian hijab dan niqab yang sangat marak dalam satu dekade terakhir. Alasan yang di gunakan oleh Hijrah Indonesia bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang batasan aurat dan hijab di kalangan para ulama, tarekat dan sarjana keislaman.
Mengenai alasan ini, teringat pada sabda Rasulullah SAW,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sebanyak, setinggi apapun gelar keagamaan, keilmuan seseorang jika tidak membawanya pada pemahaman yang benar, maka bisa bisa di pastikan tidak kebaikan yang Allah berikan padanya.
Sejatinya kefaqihan adalah pemahaman yang Allah berikan kepada seorang hamba. Pemahaman yang lurus tentang Alquran dan hadits didasari dengan kebeningan hati dan akidah yang shahih. Bukan hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu,sehingga tidak akan dapat memahami Alquran dan hadits dengan benar.
Gerakan No Hijab Day adalah bukti perlawanan terhadap Syariat Islam yang abadi, yang akan terus berlangsung hingga akhir zaman, ini adalah bukti nyata perang antara Haq dan Bathil di hadapan kaum muslimin. Ali bin Abi Talib ra berkata, “ketika ahlul haq diam terhadap kebatilan, maka ahlul bathil mengira bahwa mereka dalam kebenaran.”
Wahai kaum muslimin di manapun berada, saatnya berjihad dengan media gadgetmu, gunakan jarimu untuk menghalau gerakan Islamofobia.
Aksi Kampanye No Hijab Day adalah gerakan kebatilan yang mengatasnamakan kebebasan, HAM dan alasan lainnya, padahal tujuannya adalah ingin menghancurkan syariat Allah SWT yang mulia, menghilangkan hijab bagi wanita muslimah, padahal hijab adalah keindahan dan kemuliaan sekaligus melindungi manusia dari jurang kebinasaan dan kehancuran.
Allah SWT telah memberi busyrah (kabar gembira) kepada para hamba-Nya. Siapa saja diantara mereka yang menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong dia pula. Kebalikan dari pengikut musuh-musuh Allah, para pengusung kampanye No Hijab Day, mereka hanya mampu mengais harapan dari tipuan setan dan kekuatan iblis saja. Padahal setan dan iblis adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat lemah dan hina di hadapan kemuliaan Sang Khalik Allah Robbul izzati. Wallahu a’lam bisshowwab. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.