BARU-baru ini salah satu lembaga pendidikan swasta di Austria, BFI, mengeluarkan larangan mengenakan atribut atau simbol-simbol keagamaan di kampus bagi seluruh karyawannya.
Larangan ini merujuk pada putusan Pengadilan Tinggi Uni Eropa yang membolehkan perusahaan-perusahaan swasta untuk melarang pegawai mereka menampilkan simbol keagamaan tertentu di lingkungan tempat kerja, termasuk jilbab.
Ketika diwawancara media lokal, manajemen BFI berdalih jika larangan mengenakan atribut keagamaan tersebut semata-mata karena bentuk ‘kepatuhan’ mereka terhadap nilai-nilai Barat. BFI sendiri saat ini tercatat memiliki belasan perguruan tinggi kejuruan di seluruh Austria.
“Setiap orang yang bekerja di lembaga ini harus mentransfer budaya dan nilai-nilai Barat tanpa kesalahpahaman. Oleh karena itu, para pendidik di sini harus bekerja dengan mengenakan busana Barat,” ujar pimpinan eksekutif BFI, Wilhelm Techt, kepada surat kabar Kleine Zeitung, Rabu (15/3/2017).
Wilhelm menambahkan, saat ini ada sekira seribu mahasiswa berstatus imigran pencari suaka yang sedang menjalani studin di BFI. Untuk menopang kegiatan pendidikannya, BFI sendiri mempekerjakan 430 staf pengajar.
Meski larangan pengenaan simbol-simbol keagamaan ini diberlakukan bagi semua agama, namun sebagian kalangan menilai jika kebijakan itu merupakan bentuk serangan langsung terhadap perempuan Muslimah. Dimana arti dari kebijakan ini sebenarnya berbunyi larangan memakai jilbab.
Pimpian Masyarakat Islam Austria, Ibrahim Olgun mengatakan, keputusan kontroversial oleh BFI tentang larangan memakai jilbab kali ini akan mengurangi jumlah perempuan Muslimah yang bekerja di lembaga tersebut. “Akan ada diskriminasi serius terhadap Muslimah. Dan kami melihat hal itu pada larangan yang dibuat BFI,” ujar dia. []
SatuMedia