Oleh: Sri Yulianti
Mahasiswi Upi Purwakarta
DAHULU saya seorang yang tak mengenal agama Islam. Meski saya orang Islam tetapi saya tidak mengenal apa yang seharusnya saya ketahui tentang Islam. Saya sering kali tidak memikirkan apa yang seharusnya saya ketahui. Saya juga dari keluarga yang biyasa sajah tidak begitu mendidik saya untuk urusan berpakaian.
Saya sering kali berpakaian apa adanya tidak memikirkan bahwa wanita harus menutupi auratnya. Ketika saya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi di universitas, mulailah sedikit demi sedikit saya mengubah penampilan, saya mengubah penampilan karena saya melihat teman yang begitu cantiknya memakai hijab. Saya mulai tertarik seketika itu dan merenung apakah saya bisa seperti itu.
Hari demi hari saya pun mengubah penampilan dengan hijab syar’i. Hari-hari itu saya mulai banyak cobaan, dari mulai dimarahi keluarga, teman-teman SD sering menyebut saya dengan sebutan “katro”. Bahkan sering kali tetangga menanyakan, “Kamu sebenarnya agamanya apa sih, penampilan yang sangat aneh?”
Baca Juga: Ini Setidaknya 5 Keistimewaan Wanita Berhijab
Ketika itu saya hanya bisa diam terhadap tetangga yang sering bicara seperti itu.
Bahkan pernah kakak yang awalnya diam akan pakaian yang saya pakai, suatu pagi hari melontarkan kata-kata yang membuat hati ini semakin sedih.
Kakak : “Kamu berpakaian seperti itu disuruh siapa dan apa bagusnya kamu menggunakan hijab?”
Saya jawab karena ingin mengubah diri.
Kakak : “Apa pantas ingin mengubah diri, kamu harus berpakaian seperti itu?”
Saya mulai menjawab dengan perlahan untuk meyakinkan kakak. “Saya dengan berpakaian syar’i ini atas dasar keinginan dan saya mulai memahami bahwa dalam agama Islam itu berpakaian seorang wanita haruslah menutup aurat dan tidak boleh menampakkan aurat kita ke lawan jenis.”
Baca Juga: Ini Dia Tips Asuh Anak dari 3 Selebriti Berhijab
Saya berpakaian syar’i penuh dengan cobaan dan halangan. Halangan itu terus menerus datang. Ketika saya sedang bermain dengan teman di daerah saya, saya sering diejek bahkan pakaian dan hijab saya sering ditarik-tarik biar lepas dan biar saya melepaskan hijabnya. Tetapi Saya menghadapi itu dengan senyuman dan dengan sabar. Kemudian kakak yang selalu bicara bahwa saya ikut aliran sesat.
Hingga pada akhirnya saya mulai lelah dengan semua itu. Saya merenung dan mengadu kepada Allah dan meminta yang terbaik untuk jalan hidup yang saya pilih ini. Saya sering mengadu dan menangis karena saya tidak kuat menahan cercaan yang setiap hari pasti datang.
Tetapi saya sudah bertekad sekali pun ada cercaan dan ejekan, saya tetap pada pendirian saya. Walau saya tidak mempunyai uang yang begitu banyak, setiap hari saya menyisihkan uang untuk membeli hijab karena dahulu pakaian saya yang pendek-pendek membuat Saya semakin harus menyisihkan uang untuk membeli pakaian hijab.
Setelah itu datang lagi cobaan yang begitu menyakitkan hati. Tetangga yang menjauhi keluarga saya karena menganggap ada aliran sesat dalam keluarga saya. Saya pun terus dimarahi keluarga dan pernah sempat dijauhi keluarga karena penampilan saya. Saya hanya bisa diam dengan semua ini.
Hari demi hari saya lewati. Suatu hari di daerah saya ada pengajian anak-anak dan ada penceramahnya juga tentu saja. Setelah penceramah bercerita, kemudian penceramah memberi kesempatan para ibu-ibu untuk bertanya. Ada seorang ibu yang bertanya: “Berpakaian seorang wanita itu seperti apa sebenarnya, Ust?”
Ustaz menjawab: “Sebenarnya berpakaian seorang wanita itu haruslah menutupi semua kecuali telapak tangan dan muka. Kenapa kita harus berhijab? Untuk menjaga aurat kita.”
Di situlah para warga perlahan mulai memahami dan mulai mengerti. Hari pun terus berganti. Pada waktu saya berpapasan dengan tetangga, ia tersenyum pada saya dan saya pun tersenyum balik.
Sekarang ini alhamdulillah keadaan mulai membaik. Bahkan ibu pun sudah mengenakan hijab meski terkadang dibuka sesaat. []