INI secuil kisah tentang anak-anak Bahasa SMAN 1 Purwakarta angkatan lulus 95. Kelas saya tercinta. Kejadian terjadi sekitar 1 tahun setelah kami lulus SMA. Kuliah. Di Bandung. Ada yang di Unpad, IKIP, STBA dan beberapa yang lain lagi. Karena satu tujuan, sudah terbiasa berangkat ke kota bareng-bareng.
Waktu itu masih zaman kalau ke Bandung naik mobil elf. Lebih murah daripada bis Primajasa. Lebih cepat nyampe karena kebut-kebutan. Biasanya elf akan berhenti di Padalarang. Dari sana nyambung ke Ledeng. Lupa lagi pake angkutan apa.
BACA JUGA: Merasa Seperti …
Nah, suatu kali berangkat bertiga ke Bandung. Satu tahun kuliah, banyak di antara kami yang memanjangkan rambut. Satu orang ganteng, jangkung. Ketika itu mau nge-hype-hype-nya Andy /rif. Dia ini mirip Andy. Itu, lagunya “Andai ku jadi raja…” dan seterusnya.
Si Andy /rif sejak awal tak mau pake elf. “Tunggu bis lah…” Yang lain pada keukeuh. Elf sudah dari tadi bersliweran. “Kurang dari 2 jam nyampe lah ka Ledeng…” begitu ujar salah satu dari kami. Bis menghabiskan waktu 3,5 jam sampe Bandung. Belum ada tol.
Si Andy /rif masih bergeming. Tapi ketika sore sudah mau jatuh, ia akhirnya menyerah. Naiklah ke elf. Blar, elf melesat. Si Andy /rif, pucuk dicinta ulam tiba, duduk dekat pintu kendaraan itu.
Alhasil, otomatislah tubuhnya yang agak-agak tipis jadi sasaran keluar-masuk angin. Setengah jam perjalanan, wajahnya sudah pucat, dan ia terlihat dingin. 15 menit kemudian, tanpa bisa ditahan, si Andy /rif—maaf—muntah. Terjadi kehebohan.
“Kamu mah…,” kondektur elf ngedumel, “gondrong-gondrong muntah…. !”
Si Andy /rif tak berkata apapun. Penumpang lain menutup hidup. Kami teman-temannya tengsin berat. 10 menit kemudian, si Andy /rif memerintahkan kami untuk turun. “Kiri, kiri payun, Mang…” teriaknya ke sopir elf.
BACA JUGA: Ujian Susulan, 500 Perak, dan Nasi Basi
Kami turun. Padahal Bandung masih jauh. Elf pergi lagi. Kami nunggu bis. Si Andyr /rif berujar lirih, entah karena malu pada kami atau apa, “Aku masup angin…”.
Sekarang, kalau ada yang bilang “Ganteng-Ganteng Serigala”, saya suka inget perkataan si kondektur elf itu: “Kamu mah, gondrong-gondrong….” []
Catatan: saya sendiri waktu itu tak ikut rombongan ini. Hanya diceritakan selepas kejadian.