SATU Muharram merupakan awal tahun baru dalam penanggalan kalender hijriah. Tahun baru hijriah juga disambut dan kerap dirayakan oleh umat Islam. Ada berbagai tradisi unik yang berkaitan dengan perayaan 1 Muharram, termasuk di Indonesia. Salah satunya disebut perayaan 1 suro.
Pada perayaan malam 1 Suro, Tradisi Mubeng Beteng atau berjalan mengelilingi beteng Kraton Yogyakarta digelar dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah dalam sistem penanggalan Jawa. Tradisi mubeng beteng di Kraton Yogyakarta ini ada dua. Pertama, Mubeng Beteng malam satu suro menyambut tahun baru, kedua, Mubeng Beteng untuk mengarak bendera Kanjeng Kiai Tunggul Wulung.
BACA JUGA:Â Kiswah Kabah Selalu Berwarna Hitam? Ternyata Tidak
Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta, Ki H Ashad Kusuma Djaya mengatakan, bendera Kanjeng Kiai Tunggul Wulung merupakan pusaka Kraton Yogyakarta yang bertuliskan kalimat syahadat, surah al-Kautsar, asmaul husna dan berisi ornamen pedang zulfikar Ali bin Abu Thalib.
Menurut Ki H Ashad, bendera Kanjeng Kiai Tunggal Wulung ini kainnya berasal dari bekas Kiswah atau kain penutup Kabah di Makkah. Bekas Kiswah ini diperoleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1784 Masehi.
Soal bendera pusaka milik Kasultanan berwarna wulung (ungu kehitaman) dari kiswah ini pernah pula disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia VI 2015 (KUII-VI 2015) di Yogyakarta.
Majalah Mekar Sari nomor XIX Juni 1967 menyebutkan, pada tahun 1919 pihak Kasultanan Ngayogyakarta pernah mengarak bendera pusaka Kiai Tunggul Wulung mengelilingi benteng Keraton Ngayogyakarta. Ini dilakukan saat Yogyakarta terkena wabah penyakit influenza.
BACA JUGA:Â Terima Hadiah Potongan Kiswah, Anies Ceritakan Makna Kaligrafinya
Bendera Kanjeng Kiai Tunggal Wulung ini diarak saat terjadi pageblug atau suatu wabah penyakit yang menimpa banyak penduduk di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta. Namun, terang Ki H Ashad, tidak ada catatan di Kraton Yogyakarta yang menyebutkan bahwa acara mubeng beteng malam satu suro sebagai agenda resmi Kasultanan.
Kiswah sendiri merupakan kain penutup Kabah yang istimewa. Kiswah bukan lah sembarang kain. Kiswah berasal dari kain sutra murni pilihan. Di permukaannya juga dihiasi dengan bordiran ayah-ayat suci Alquran yang dikemas dalam bentuk kaligrafi. Kaligrafi ini dikerjakan oleh sekitar 200 seniman berbakat dan menggunakan benang yang disepuh dengan emas dan perak sehingga rupanya indah sekali. []
SUMBER: OKEZONE