RAKHINE– Demonstran di Myanmar melemparkan bom bensin untuk menghentikan pengiriman bantuan yang ditujukan untuk pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine.
Insiden tersebut berakhir ketika polisi melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan demonstran.
Aksi demonstrasi juga terjadi saat kunjungan resmi Pejabat Senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk Asia Tenggara, Patrick Murphy.
Murphy mengatakan bahwa Washington sangat khawatir mengenai laporan adanya pelanggaran Hak Azasi Manusia dan meminta pihak berwenang untuk menghentikan kekerasan tersebut.
Kekerasan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang transisi Myanmar dari pemerintahan militer ke demokrasi.
Ratusan demonstran terlibat dalam upaya menghentikan pekerja Palang Merah yang tengah memuat sebuah kapal dengan persediaan bantuan menuju ke utara negara bagian Rakhine.
Kapal tersebut berada di sebuah dermaga di Ibu Kota negara bagian Sittwe.
“Orang-orang mengira bantuan itu hanya untuk orang Rohingya,” kata Sekretaris Pemerintah Negara Bagian Sittwe, Tin Maung Swe.
Para demonstran yang melemparkan bom bensin akhirnya dibubarkan oleh sekitar 200 polisi yang menembakan senjata ke udara. Saksi mengaku melihat beberapa orang terluka dan delapan orang ditahan.
Meskipun Ricuh, Juru Bicara Komite Palang Merah Internasional mengatakan tidak ada pekerja bantuan yang terluka. Demikian Seperti Dilansir dari Asian Correspondent, Sabtu (23/09/2017) kemarin.[]