SETAN merupakan Iblis yang putus asa dari rahmat Allah. Karena ia telah terusir dari surga dan dicopot dari jabatannya sebagai penjaga surga. Dengan kehasudannya ia tidak suka melihat orang lain berada dalam kesenangan dan keni’matan. Karena itu ia bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan Allah yang lurus.
Dalam QS. Al A’raf ayat: 16-17 diterangkan : “Iblis berkata : “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).”
BACA JUGA: 9 Keturunan Iblis Beserta Tugas-tugasnya
Ketika Iblis diusir dari surga dan dinyatakan sebagai penghuni utama neraka jahannam, maka tidak ada keperluan lain baginya terhadap manusia kecuali bagaimana ia menjadikan kita sebagai teman setia yang akan menemaninya kelak di neraka. Dari situ, tepatlah Allah SWT. menyatakan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata, musuh yang sebenar-benarnya.
Menurut Ust. Aceng Zakaria (Etika Muslim: 178), kalau kita mengukur kekuatan setan, baik dari segi usia dan pengalaman, sangat jauh berbeda dengan manusia. Setan telah berusia jutaan tahun semenjak ia ada sampai sekarang belum ada yang meninggal. Setan memiliki segudang pengalaman untuk menjatuhkan manusia sekaliber apa pun. Selain itu, Setan mempunyai kelebihan dapat melihat diri kita sementara kita tidak dapat melihat sosok Setan.
Di sisi lain, musuh yang satu ini mempunyai millitansi yang sangat tinggi. Ia akan menggunakan berbagai cara untuk menaklukkan lawannya. Serangan yang bertubi-tubi ia lancarkan; tidak mampu dari depan maka dari belakang, tidak mampu dari belakang maka dari samping kanan, tidak mampu dari samping kanan maka dari samping kiri. Menghadapi musuh semacam itu, akan mampukah kita memenangkan pertempuran dengannya?Atau justru malah kita sendiri yang kalah dan menjadi bahan ejekan dan tertawaan setan?
Lalu, apa yang membuat Setan gembira?
Secara garis besar tentunya adalah perbuatan-perbuatan yang menjauhkan kita dari surga dan sebaliknya mendekatkan kita ke neraka. Setan sangat senang apabila manusia berperilaku seperti dia, karena hal itu akan menambah teman abadinya kelak di neraka. Menganggap sepele terhadap suatu amalan misalnya makan, minum, merokok dengan tangan kiri adalah sudah cukup membuat Setan gembira. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يُعْبَدَ بِأَرْضِكُمْ وَلَكِنْ رَضِىَ أَنْ يُطَاعَ فِيْمَا سِوَى ذَلِكَ مِمَّا تُحَاقِرُوْنَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ فَاحْذَرُوْا إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُم مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوْا اَبَدًا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيِّهِ.
“Sesungguhnya Setan itu telah putus asa untuk disembah (langsung) di bumi kamu ini (Mekah). Tetapi ia sudah cukup senang untuk ditaati selain hal itu, yaitu mengenai amal-amal yang anggap kamu sepele, maka hati-hatilah!” Rasul berkata (lagi): “Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua pusaka, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Nabi-Nya. (Al Hakim, dalam Al Hidayah :3).
BACA JUGA: 4 Pintu Setan dalam Menguasai Manusia Menurut Ibnul Qayyim
Setan tertawa lebar ketika manusia menuruti hawa nafsu dan melupakan permohonan ampun kepada Allah SWT. (istighfar) atas kesalahan-kesalahanannya. Nampaknya hal inilah hasil akhir yang dibidik oleh Setan terhadap manusia. Oleh sebab itu, Rasululah SAW. telah mewanti-wanti kepada kita dengan sabdanya :
عَلَيْكُمْ بِلاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ فَأَكْثِرُوْا مِنْهُمَا ، فَإِنَّ إِبْلِيْسَ قَالَ : أَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوْبِ وَأَهْلَكُوْنِى بِلاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَالْاِسْتِغْفَارِ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ أَهْلَكْتُهُمْ بِالْأَهْوَاءِ وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُوْنَ فَلاَ يَسْتَغْفِرُوْنَهُ.
“Jagalah oleh kamu kalimat “LA ILAAHA ILLALOOHU” dan Istighfar. Perbanyaklah (mengucapkan dan mengamalkan) keduanya. Karena Iblis berkata : Aku celakai manusia dengan dosa tetapi mereka mencelakaiku dengan “LA ILAAHA ILLALOOHU” dan Istighfar. Ketika Aku melihat yang demikian, ku celakai mereka dengan mengikuti hawa nafsu dan mereka meyakini bahwa mereka mendapat petunjuk. (HR. Abu Ya’la; dalam Jami’us Shogir: 65, Al Hidayah: 7). []
SUMBER: PERSIS