MUHARRAM merupakan salah satu dari empat bulan yang memiliki kehormatan di sisi Allah SWT sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW: “Sesungguhnya zaman telah berputar kembali seperti bentuknya ketika Allah menciptakan langit-langit dan bumi, satu tahun itu 12 bulan dan di antaranya ada empat bulan haram (yang memiliki kehormatan), tiga bulan (di antaranya) berturut-turut : Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan bulan Rajabnya Mudhor yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pada bulan Muharram pula Allah SWT menurunkan syariat untuk berpuasa selain puasa di bulan-bulan yang lain, yakni puasa Asyura. Puasa ini memiliki keutamaan bisa menghapus dosa pada 1 tahun sebelum dan sesudahnya.
BACA JUGA: Nabi Musa Raih Kemenangan di Hari Asyura
Hadits Abu Qotadah Al-Harits bin Rib’iy ra, beliau berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, maka beliau menjawab: “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu dan (setahun) yang akan datang”, dan beliau ditanya tentang puasa hari ‘Asyuro` maka beliau menjawab: “Menghapuskan (dosa-dosa) setahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama dalam masalah penentuannya, dan pendapat yang paling kuat adalah bahwa hari asyura itu jatuh pada tanggal 10 Muharram. Ini adalah pendapat Said ibnul Musayyab, Al-Hasan Al-Bashri, Imam Malik, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan ini merupakan pendapat jamahir (mayoritas) ulama terdahulu dan belakangan.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas ra dia berkata, “Tatkala Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura` dan beliau memerintahkan (manusia) untuk berpuasa, mereka berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani”, maka Rasulullah SAW bersabda: “Jika tahun depan (saya masih hidup) insya Allah, maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan”. (Ibnu ‘Abbas) berkata : Maka tahun depan belum datang sampai Rasulullah SAW wafat”. (HR. Muslim)
BACA JUGA: Peristiwa Besar yang Dialami Para Nabi di Hari Asyura
Dalam riwayat lain, “Jika saya masih hidup sampai tahun depan maka (Demi Allah) sungguh betul-betul saya akan berpuasa pada hari kesembilan”.
Berkata Imam An-Nawawi ra dalam Syarh Muslim (8/18), “Maka ini jelas menunjukkan bahwa dulu beliau SAW berpuasa pada tanggal 10 (Muharram) bukan tanggal 9”. Dan ini juga merupakan pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr ra.
Hal ini lebih dipertegas oleh perkataan Ibnu ‘Abbas ra, “Rasulullah SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari ‘Asyura`, hari kesepuluh”. (HR. At-Tirmizi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmizi (1/399 no. 755)) []
SUMBER: ALQURAN-SUNNAH