Oleh : Ummu Dhiya Khanun
PERNIKAHAN adalah sebuah ikatan agung dan berat antara dua orang anak manusia, yang kelak akan menjadi satu bagian yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sebuah pernikahan yang di saat sekarang dinilai begitu remeh oleh sebagian orang, dianggap sebuah formalitas belaka yang bisa dengan mudah dicampakkan dan diakhiri. Tak lagi menjadi ikatan yang kuat yang menyatukan dua orang yang saling mengikrarkan diri karena Allah. Tak lagi sebagai sebuah mistaqon gholidhon yang dijunjung tinggi.
Banyak fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini, yang memiriskan hati. Betapa banyak pasangan yang bercerai bahkan di saat pernikahan baru seumur jagung atau sebaliknya, telah amat lama. Sebagaimana kasus perceraian beberapa artis senior di negri ini. Beragam penyebab yang melatarbelakangi perceraian mulai dari perselingkuhan hingga alasan klasik kondisi ekonomi.
BACA JUGA: Pernikahan Jadi Penuh Berkah
Kondisi pergaulan bebas saat ini, tak ada sekat dalam interaksi antar lawan jenis ikut menjadi penyumbang besar sebagai penyebab perceraian. Apalagi di era digital seperti sekarang, dimana interaksi tak terbatas hanya di dunia nyata saja, tapi juga dunia maya.
Interaksi dunia maya yang cenderung lebih aman, privasi dan tersembunyi dari pasangannya sekalipun, telah semakin memperparah keadaan. Lihat saja kasus di Kutai, Kaltim, kasus perceraian meningkat karena hubungan di jejaring sosial facebook.
Dalam dunia maya, interaksi antar lawan jenis memungkinkan lebih mudah dilakukannya pelanggaran atas aturan Islam. Bahkan hanya ada aku dan dia. Materi interaksi juga tidak terbatas dalam hal-hal yang diperbolehkan oleh syara, yaitu dalam hal pendidikan, pengobatan dan jual beli.
Aturan Islam yang demikian sempurna tercampakkan dengan lebih gampang, kadang tanpa sadar, toh tidak ada yang tahu, tidak ada yang melihat. Seseorang yang pemalu di dunia nyata, bisa jadi berubah menjadi agresif dan perayu di dunia maya. Sekali lagi karena hanya ada aku dan dia, apalagi ketika permainan hati telah dimulai.
Permainan penuh sensasi, penuh khayalan, angan, fantasi dan membawa terbang tinggi siapapun yang terlibat di dalamnya. Permainan yang bisa berubah menjadi candu. Akibatnya, orang orang tercinta di dunia nyata terabaikan. Bangun tidur sampai tidur lagi hanya dumay yang langsung diingatnya.
Maka mulai muncul berbagai persoalan di dunia nyata sebagai akibat interaksi di dunia maya. Suami atau istri yang jatuh cinta lagi dengan teman teman dumay, atau dengan mantan pasangan dosanya di masa lalu bersemi kembali. Astaghfirullohal’adziim.
Begitu sempurnanya Islam, mengatur dan menuntun kehidupan manusia agar manusia merasa tentram, damai, dan bahagia. Semua telah ada tuntunannya. Dan ketika tuntunan itu dilanggar, maka suatu keniscayaan bila berbagai persoalan dan permasalahan melilit manusia. Pun dalam kehidupan suami istri.
Dari awal sebelum terjadinya pernikahan, Islam telah memberikan arahan bagaimana memilih pasangan. Islam juga menuntun agar niat pernikahan adalah semata ibadah karena Allah, bukan yang lain. Islam juga mengatur bagaimana pergaulan antar lawan jenis yang benar.
Tidak campur baur dan interaksi tidak dalam segala hal atau permasalahan. Niat untuk menikah semata karena ibadah pun tidak lantas mengabaikan aspek bagaimana memilih pasangan seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Nabi bersabda, pilihlah pasangan karena empat hal yaitu karena kecantikan, kekayaan, keturunan keluarga dan agamanya. Pilihlah karena agamanya niscaya akan beruntung.
Khusus bagi kaum adam, jauh-jauh hari Rasulullah telah mengingatkan, bahwa tidaklah beliau tinggalkan fitnah yang sangat berbahaya sepeninggal beliau kecuali wanita. Wanita ketika tidak baik agamanya bisa menjadi fitnah yang sangat beracun bagi seorang pria. Sehingga kemudian Islam menuntun pria untuk memilih pasangan karena agamanya agar selamat dari fitnah wanita.
Namun dalam kenyataannya, betapa banyak pasangan yang memilih bukan karena agamanya. Tapi cenderung pada hal hal yang bersifat fisik dan duniawi, karena kecantikan / ketampanan atau kekayaan. Akibatnya pernikahan yang dibentuk menjadi rapuh apalagi saat ada badai menerpa.
Pelan namun pasti, perilaku pasangan yang tidak mengikatkan diri pada aturan Allah semakin memudarkan cinta dan ikatan. Hari-hari rumah tangga menjadi jauh dari sakinah apalagi mawaddah wa rohmah.
Seorang teman pernah menuturkan pengalamannya ketika sepuluh tahun yang lalu ia menikah. Kecantikan si gadis yang saat itu menjadi alasan mengapa ia memilihnya untuk menjadi seorang istri. Meski ia tahu gadis itu tak menutup aurat, lebih suka jalan-jalan atau pulang kampung ketimbang mengikuti kajian di kampus semasa mereka kuliah dulu.
BACA JUGA: Saat Menikah, maka Tombol ON Difungsikan
Dalam pikirannya waktu itu, ketika telah menjadi istrinya bisa saja dididik, dibimbing menjadi wanita yang taat dan mencintai Allah. Sekarang baru ia menyadari benar-benar tidak beruntung. Hari-hari pernikahan penuh pertengkaran. Kedurhakaan dan ketidaktaatan istri menjadi santapan sehari-hari. Istri dinasihati berjilbab tidak mau, diajak ngaji menolak, diberi buku buku agama enggan membaca.
Bahkan saat diingatkan istri bisa marah luar biasa. Barang-barang di rumah pun melayang. Diusir istri berkali-kali pun sering dialami. Caci maki sudah menjadi menu sehari-hari. Hanya demi dua orang anaknya yang masih di bangku SD ia bertahan. Penyesalan tiada guna lagi.
Lain lagi dengan kisah tetangga. Pernikahan mereka melalui proses pacaran seperti kebanyakan orang. Ketika suatu hari sang istri terpaksa menjadi TKW demi dapur keluarga, si suami malah sibuk membelanjakan hasil jerih payah istri untuk main perempuan, anak-anak pun tak terurus.
Maka jadilah ketika kembali ke tanah air istri mendapati rumah tangganya bagai neraka. Pun dengan kisah seorang ayah teman, yang amat terpukul dengan kenyataan bahwa salah satu anak yang selama ini dianggap sebagai anaknya ternyata adalah hasil perzinahan istrinya dengan pria lain di masa lalu. Istri yang telah dipilihnya karena parasnya yang rupawan.
Uraian tadi hanyalah segelintir saja diantara ribuan kasus lain yang muncul sebagai akibat pilihan di masa lalu yang tak sesuai tuntunan. Tidak salah memang ketika memilih pasangan adalah karena kecantikan/ketampanan, kekayaan ataupun keturunan. Hal seperti itu pun bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Namun menjadi bermasalah ketika kemudian pertimbangan karena agamanya diabaikan begitu saja. Padahal pernikahan bukanlah sebulan dua bulan, tapi mungkin pasangan akan menjadi teman seumur hidup. Memilih pasangan pun sejatinya memilih seseorang untuk menjadi ayah atau ibu anak kita. Apa jadinya anak-anak kelak bila berada di bawah asuhan seorang ibu atau ayah yang tak bagus agamanya.
Manusia yang cerdas adalah manusia yang memikirkan kehidupan setelah kematian. Tak hanya memikirkan kesenangan sendiri atau mengikuti hawa nafsu ketika memilih pasangan. Tapi jauh memikirkan masa depan anak-anak yang akan lahir kemudian, dunia akhirat. Juga jauh memikirkan masa depannya sendiri kelak, apalagi khususnya bagi wanita ada pepatah yang menyatakan, ” syurgo nunut nerako katut.” Artinya kepemimpinan suami akan mengantarkannya pada kondisi jika suami masuk syurga istri ikut, masuk neraka juga terbawa.
Setelah langkah pertama memilih pasangan yang baik agamanya dilakukan, bukan berarti menjadi jaminan pernikahan tak memiliki masalah. Karena ternyata, iman seseorang pun turun naik. Godaan, gangguan dan ujian akan datang silih berganti. Sebab itu penting sekali suami istri untuk istiqomah dalam taqwa.
BACA JUGA: Hikmah di Balik Larangan Nikah Mut’ah
Selalu mengikatkan diri pada aturan Illahi dalam setiap aspek kehidupan. Menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri dengan keridhaan. Memenuhi hak-hak pasangan penuh ketulusan. Insya Allah kehidupan pernikahan seperti inilah yang akan selalu dalam ridho dan keberkahan Allah.
Dari berbagai fakta tentang pernikahan, dan kehidupan suami istri di masyarakat semoga kita bisa mengambil pelajaran. Menjadikannya sebagai ibroh dan dapat memetik hikmahnya. Terutama dari pernikahan yang “penuh masalah” karena tak sesuai tuntunan syara sejak awal dalam memilih pasangan atau ketika mengarungi bahteranya baik hanya oleh satu pihak istri / suami saja atau dari keduanya. Apalagi setiap orang mengidamkan dan menginginkan menjadi manusia beruntung, tak ada yang ingin celaka karena salah dalam memilih pasangan.
Semoga kita, terutama bagi mereka yang masih single dan ingin menikah bisa belajar dan yakin melangkah sesuai tuntunan Islam agar tak ada lagi yang mengalami penyesalan, “ketika karena agamanya tak menjadi pertimbangan utama dalam memilih pasangan.” []