SEORANG pemimpin adalah orang yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin. Baik untuk dirinya, maupun untuk orang lain. Tak mudah untuk menjalankan hal itu. Karena apa? Jangankan untuk memimpin orang lain, untuk memimpin diri sendiri pun cukup sulit.
Ada satu hal yang pertama kali harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Apa itu? Itulah jujur pada diri sendiri dan orang lain. Berperilaku jujur menjadi kunci utama bagi seorang pemimpin. Jika ia telah bisa bersikap jujur pada dirinya sendiri, maka ia pun akan bisa berperilaku jujur pada orang lain.
BACA JUGA: Masa Kepemimpinan Al-Mahdi di Akhir Zaman, Berapa Lama?
Dengan demikian, orang lain akan percaya padanya. Sehingga kepemimpinan yang didukung oleh orang-orang yang dipimpinnya, insya Allah akan berjalan dengan lancar.
Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang seseorang yang karena bersikap jujur ia menjadi seorang pemimpin. Alkisah pada suatu hari dalam sebuah kerajaan yang terbilang cukup makmur, ada seorang raja yang sangat adil dan bijaksana. Raja tersebut sudah terbilang cukup tua, sehingga ia memerlukan seseorang untuk menggantikannya.
Dalam sistem kerajaan, tentunya untuk menjadi seorang raja ketika orang yang memimpin sudah wafat, maka digantikan oleh keturunannya. Hanya saja, raja yang satu ini tidak memiliki keturunan. Sehingga, ia merasa bingung harus diberikan pada siapa kedudukan yang saat ini ia miliki ini.
Setelah memikirkan beberapa waktu, akhirnya sang raja mengambil keputusan untuk mengadakan sayembara. Sang raja meminta para pemuda yang ada di dalam wilayah kekuasannya berkumpul di kerajaan. Setelah semuanya berkumpul, sang raja memberikan benih dari buah-buahan kepada pemuda tersebut.
Sang raja mengumumkan bahwasanya ia sedang mencari pengganti untuk menjadi sang raja. Maka dari itu, ia memberikan benih tersebut kepada para pemuda itu. Barangsiapa yang bisa menumbuhkan benih tersebut hingga berbuah lebat dan memiliki rasa yang nikmat akan diberikan acungan jempol.
BACA JUGA: 9 Kriteria Pemimpin Muslim
Para pemuda begitu antusias menerima tantangan dari sang raja. Dengan waktu satu tahun, para pemuda melakukannya dengan penuh perjuangan agar bisa memperoleh hasil seperti apa yang sang raja inginkan. Mereka memupuk, menyiram juga merawat biji itu dengan cukup baik.
Setelah satu bulan berlalu, para pemuda sudah ramai karena biji tersebut telah tumbuh. Namun, hanya ada satu pemuda dari kalangan orang biasa yang bijinya itu tidak tumbuh. Setelah beberapa bulan berlalu biji yang dimiliki oleh para pemuda itu sudah ada yang berbunga dan sudah ada pula yang berbuah. Namun, lagi-lagi biji dari milik pemuda biasa itu tidak juga tumbuh. Ibunya menyarankan agar jangan terlalu memaksakan diri. Ibunya beranggapan bahwa dia sudah melakukan amanah itu dengan baik. Ia telah menyiram, memupuk juga merawat dengan sepenuh hati. Masalah tumbuh atau tidak itu kehendak Allah. []
Disarikan dari Didih Ahmadiyah SQ SHI S.Pdi, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam DR KHEZ Muttaqien Purwakarta
BERSAMBUNG