Oleh: Ki Dedeng Juheri
Penulis
KALAU digigit nyamuk dan nyamuk itu kita pukul hingga mati, pernahkah menemukan jarum di tubuhnya?
Tidak.
Lantas dengan apa nyamuk mengambil darah kita?
Tentu saja dengan paruh panjang serupa jarum, kecil, lembek, rapuh, dan mudah patah.
BACA JUGA: Yakin, Masih Mau Mengeluh?
Tapi kok bisa menembus kulit kita, bahkan kulit telapak kaki yang tebal?
Itulah keahlian, ilmu.
Dengan ilmu, sesuatu yang tampak sulit menjadi mudah, sesuatu yang tampak tidak mungkin menjadi mungkin, dan sesuatu yang tampak biasa menjadi luar biasa. Seperti nyamuk tadi, jarum lentur pun menjadi hebat.
Itulah karunia Allah pada makhluk kecil ini. Kita yg tak punya ilmunya, teramat sulit menggunakan paruh nyamuk untuk menusuk kulit.
Ilmu yang berpadu dengan keyakinan, lebih mantap lagi. Adalah kisah Amrin bin Madi Kariba, menjadi inspirasi bagi kita. Ia memiliki sebilah pedang bernama Shamshamah yang mashur kelebihannya. Pedang shahabat yang alim ini, tak diragukan kehebatannya.
Suatu hari sampailah berita kemasyhuran Shamshamah ke telinga Sayidina Umar Ibn Khathab.
Diliputi rasa penasaran, Umar mengirim utusan untuk minta izin dan membawa pedang tersebut ke hadapannya.
Shahabat Amrin tidak keberatan, dan langsung memberikan pedang kesayanganya untuk diserahkan pada khalifah Umar.
Dengan gembira Umar menerima dan meneliti sosok pedang bernama Shamshamah tersebut, namun tak lama dahinya berkerut heran. Tak ada yang istimewa, tak ada kelebihan apa-apa.
Bila dibandingkan dengan pedang yang lainnya, sungguh ini hanyalah pedang biasa.
Umar lantas mengirim surat pada Amrin, “Pedang saudara hanyalah cerita belaka, tak ada hebatnya sebagaimana berita yang tersebar selama ini.”
Amrin membalas surat khalifah, “Mohon maaf, sebab yang saya kirimkan hanya pedangnya saja, tidak dengan tangan yang biasa menggunakannya.”
Masyaallah.
Yang hebat itu keyakinannya, orangnya, dan ilmu karunia-Nya.
“Shiddiqnya pedang itu tergantung kepada shiddiqnya si empunya pedang,” nasihat Reviver Jihad Syaikh Abdullah Azzam dalam buku Penawar Lelah Pengemban Dakwah.
Seseorang yang yakin pada Allah, maka Allah akan menjadikan perkakasnya manut kepadanya. Tentu saja bukan hanya pedang, tapi tombak, panah, senapan, hewan tunggangan, kendaraan dan sebagainya.
Khalid bin Walid sangat takut pada Allah, maka Asyqar kuda tunggangannya pun menurut dan sehati dengan tuanya.
Ali bin Abi Thalib sangat takut pada Allah, maka Zulfikar pun menjadi pedang yang sangat ampuh.
Saad bin Abi Waqqash sangat takut pada Allah, maka manjanik busurnya menjadi panah yang bidikannya sangat akurat.
BACA JUGA: Berkeyakinan Sial, Termasuk Syirik?
Syaikh Abdullah Azzam yang hidupnya tersembah dalam jihad di Palestina dan Afghanistan pernah menceritakan seorang musuh terkena peluru mujahid.
Musuh itu tertembak dari jarak jauh dan dengan senapan biasa, tapi para dokter ahli angkat tangan untuk menanganinya. Mereka berkata, ”Ini bukan peluru biasa.”
Jadi ini karena apa?
Tidak lain karena keyakinan yang mantap, pejal, dan kokoh pada Allah Swt.
Alat yang kita gunakan mungkin lebih hebat dari yang digunakan oleh Amrin, Khalid, Ali, dan Saad, tapi kualitas pribadi kita biasa saja sehingga alat hebat itu menjadi biasa saja.
Mungkin laptop yang kita gunakan lebih canggih dari para penulis brilian, tapi hanya menjadi barang biasa yang tidak banyak menghasilkan karya.
Ini pelajaran bagi kita, bahwa fasilitas bukan segala-galanya. Yang segala-galanya itu Allah, alat hanyalah penunjangnya. Ilmu dan keyakinan menjadi pemantiknya. Wallahu’alam. []