HIDAYAH Allah bisa sampai pada siapa pun. Bahkan pada orang yang awalnya tidak mengenal Islam sekali pun. Karena di tanganNya-lah semua ketidakmungkinan bisa terjadi. Termasuk di dalamnya kisah William Junaedi yang justru mendapat hidayah setelah membaca situs penghujat Islam.
Kisahnya berawal dari kebiasaan ia membaca situs-situs di internet. Pada suatu hari ia menemukan satu laman yaitu forum kumpulan orang non-Muslim. Dalam forum itu, mereka menjelek-jelekan agama Islam.
Beberapa minggu William aktif memantau forum tersebut. Isinya hanyalah hujatan dan caci maki terhadap agama Islam. Penghuni forum itu seolah-olah mengetahui dan paham betul mengenai sejarah Islam, Al-Quran beserta hadist yang menurut mereka sangat tidak masuk akal.
Ketika membaca postingan penuh hujatan terhadap Islam, William menggeleng-gelengkan kepala. “Apa benar yang mereka bicarakan? Saya pun menjadi semakin penasaran ingin mengetahui kebenarannya,” kata pria berusia 29 tahun itu.
Akal sehat William tak bisa menerima komentar-komentar kasar dari anggota forum yang ia nilai sangat mengintimidasi dan melecehkan. William pun melakukan pencarian. Saat itu ia mendapat info alamat email sebuah live chat perdebatan mengenai Islam. Ternyata di sana jauh lebih parah.
Salah satu admin live chat, tutur William, mengatakan mereka telah menemukan satu hadist yang menceritakan bahwa Nabi dulu pernah melakukan perbuatan asusila terhadap Abu Sufyan saat masih kecil, “Disebutkan pula bahwa Nabi pernah tidur dengan mayat. Kami memperdebatkan itu semua,” kata si bungsu dari 5 bersaudara ini.
Satu tahun lebih William mengikuti debat di live chat. Bersamaan dengan itu, toko milik kakaknya bangkrut. William beserta keluarga akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta. Berbeda saat memantau forum non-Muslim, kali ini kata-kata di live chat itu merasuk ke hatinya.
Ketika pindah ke Jakarta, William berada dalam fase ‘kebencian tingkat tinggi’ terhadap Islam. Sampai-sampai ia selalu berdebat dengan kakak iparnya yang Muslim.
Namun akhirnya William berhenti juga mendebatkan Islam dan memilih memelajari Kristen yang sudah lama ia anut. Ia berharap dengan mengetahui Kristen lebih dalam ia dapat menemukan jawaban atas semua kebenaran Tuhan. Tetapi, William mengaku tak mendapat apapun.
“Awalnya saya ingin memperdalam ilmu agama saya, tetapi apa yang saya peroleh? Semua nihil. Saya tidak mendapat jawaban yang masuk akal dari agama saya sebelumnya,” ujar William. “Saat membaca alkitab saya hanya merasa seperti membaca novel, tidak ada yang spesial,” lanjutnya.
Kebimbangan dengan agamanya justru mendorong William mencari tahu Islam lebih lanjut. William terbersit untuk mencari forum Muslim. Ia menemukan satu chatt room khusus pemeluk Islam, bernama ‘café Islam’. Di dalam forum itu ia banyak bertanya mengenai agama Islam. Hingga William memutuskan bertemu salah satu anggota chatt room untuk berbagi langsung.
“Berbeda dengan forum non-Muslim yang saya temukan sebelumnya, di ‘café Islam’ tidak ada makian kasar untuk agama non-muslim,” cerita William
Pertemuan William dengan salah satu anggota ‘café Islam’ membuatnya terkesan. Anggota itu juga memberikan sebuah buku kepada William, berjudul “Saksikan Aku Sebagai Muslim”.
“Saya senang dengan pertemuan itu, berbincang dengan orang Islam yang membuat saya semakin tertarik dengan Islam,” akunya.
“Ditambah lagi, dia memberikan saya buku. Walaupun pada saat itu saya kebingungan menyimpannya. Karena takut ketahuan orang di rumah,” tutur William.
Usai pertemuan itu William kian intens mendalami Islam, hingga muncul keinginan untuk memeluk Islam. Dorongan itu kian kuat ketika ia–yang mulai sering melamun di atas rumahnya–mendengar suara orang mengaji. Suara itu terdengar merdu. Saat itu pula terbesit di benak William untuk berdoa kepada Allah.
“Suara lantunan ayat Al Qur’an itu terdengar sangat berirama dan enak sekali di dengarnya,” ungkap William.
Ia tak pernah mendengar semacam itu di agamanya. “Saya pun langsung berdoa dalam hati ‘ya Tuhan, kalau memang ini Agama yang benar dan merupakan karuniamu tolong dekatkan aku dengan Islam, jika bukan maka jauhkanlah,” kenang William.
Beberapa waktu setelah itu, William membuat sebuah akun Facebook, di sana ia bergabung dengan group ‘Muallaf Indonesia’. Lagi-lagi ia banyak menanyakan mengenai Islam dan mengutarakan keinginannya untuk memeluk Islam
“Awalnya saya berpikir, lucu juga kalau muka Cina seperti saya pakai kopiah. Tapi ternyata di Muallaf Indonesia banyak orang-orang seperti saya (Cina-red) dan mereka memeluk Islam. Saya jadi tak merasa asing,” tuturnya.
Keinginan William masuk Islam mendapat sambutan hangat dari anggota grup Muallaf Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 13 September 2009, William di-Islamkan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan melakukan khitan pada 5 November 2009 .[]
Sumber: Kisahmuallaf