Sebelum lebaran, guru-guru sudah diberi pijakan bahwa penerimaan siswa baru di sekolah kami merujuk pada rasio guru dan siswa. Usia Dini 1 guru memegang 10 siswa, SD 1 guru memegang 12 siswa dan SMP 1 guru memegang 15 siswa.
Sekolah kami adalah sekolah Inklusi. Sekolah yang menerima anak normal maupun anak spesial. Kelompok belajarnya pun digabungkan antara anak normal dan spesial.Quota anak berkebutuhan khusus adalah 10 persen dari keseluruhan siswa.
Samakah sekolah kami dengan SLB? Tentu berbeda, di SLB semua siswa adalah anak spesial. Mengapa Sekolah kami menerima anak-anak spesial? Bukankah mereka mengganggu, menghambat, menyebabkan anak normal kurang nyaman?
Kami terima mereka, anak-anak spesial itu agar tumbuh sikap kasih sayang diantara kami. Para guru pun anak-anak banyak belajar dari teman spesial mereka. Kami harap kelak saat mereka dewasa, siapapun akan di sayang.
Di Sekolah kami, anak autis, down syndrom, Border Line, ADHD, Cerebal Palsy, Tuna Daksa, Tuna Rungu, Tuna Grahita, Speech disorder saling kasih sayang. Saling mengingatkan untuk ikut aturan. Tak jarang, mereka yang spesial lebih empati dari anak normal. Tak jarang anak spesial lebih disiplin dari anak normal.
Kasih sayang adalah salah satu sikap yang kami bangun dan alirkan di sekolah, sikap ini yang dimiliki dan dicontohkan Rasulullah. Kasih sayang itu Titi, kasih sayang penghubung hati, begitu kata grup nasyid Raihan.
“Peluk jauh kami untuk mahasiswa spesial kampus Gunadarma” []