TAFAKUR atau merenung memiliki makna yang dalam. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Merenung (tafakur) sesaat itu lebih baik daripada ibadah setahun.”
Alquran pun mengingatkan berkali-kali agar manusia senantiasa bertafakur. Salah satunya yaitu mentafakuri penciptaan langit dan bumi hingga manusia mampu menyadari: “Oh Tuhanku, taka da satu pun yang sia-sia yang Kau ciptakan.” (QS Ali Imran: 191)
Para Mufassirin berkata dalam menafsirkan ayat yang berbunyi: “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (QS. Al-Baqarah: 219), maksud dari kata “supaya kalian berfikir” adalah agar kalian berfikir dalam urusan Dunia dan Akhirat. Maka kalian menghindari apa-apa yang mengundang bala’ dan keburukan di dunia dan akhirat, sekaligus agar kalian berpegang teguh dengan akhlak dan kebaikan, memahami yang maslahat dan yang bermanfaat, sehingga kalian mendatangi apa yang paling baik bagi kalian dan meninggalkan apa yang membahayakan.
Bertafakur menjadi amalan orang-orang ahli hikmah dalam menyelesaikan segala persoalan. Dalam kitabnya Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali menuliskan beberapa pesan berhikmah dari para ulama terdahulu terkait dengan tafakur.
BACA JUGA: Ini Bedanya Tafakur, Tadabur dan Tasyakur
Berikut perkataan atau pesan para ulama tersebut tentang tafakur:
1 Imam Syafi’i
Imam Syafi’I berkata, “Lawanlah nafsu bicara dengan menutup mulut. Hadapilah persoalan pelik dengan Tafakur.”
Imam Syafii pun mengatakan pandangan yang sehat dari segala sesuatu ialah pembebasan dari kesesatan.
“Berpikir cermat berarti selamat. Penyesalan dan keinsafan menyebabkan waspada. Bermusyawarah dengan orang-orang budiman memperkuat keyakinan. Pikirkanlah sebelum mengambil keputusan. Buatlah rencana sebelum terjun. Bermusyawarah sebelum Mengayunkan langkah.”
Menurut Imam Syafi’I, keutamaan itu ada empat:
Kebijaksanaan yang berpokok pada Tafakur.
Kesopanan yang berpokok pada penahanan nafsu.
Kekuatan yang berpokok pada kekuatan yang sehat.
Keadilan yang berpokok pada keseimbangan jiwa.
2 Abu Sulaiman
Sementara itu, Abu Sulaiman berkata, “Memikirkan masalah dunia berarti membangun hijab (tirai) untuk akhirat dan hukuman untuk ahlul wilayah. Sebaliknya, bertafakur merenungkan akhirat dapat enimbulkan hikmah dan menghidupkan hati.”
BACA JUGA: Kunci dalam Bertafakur
3 Hatim
Hatim berkata, “Dengan pengalaman, bertambah pengetahuan. Dengan zikir bertambah rasa cinta. Dan, dengan bertafakur, bertambah rasa takwa.”
4 Ibnu Abbas
Ibnu Abbas mengatakan, “Tafakur tentang kebaikan, mengajak orang berbuat baik. Sedangkan menyesali perbuatan jahat menyebabkan orang meninggalkannya.”
5 Hasan Al Bashri
Beliau berkata, “Orang berbudi selalu sadar dan berfikir, sehingga hatinya menjadi sumber hikmah.”
https://www.youtube.com/watch?v=7ZoS7OD0q7A
6 Ibnul Qayyim
Ibnul Qayyim berkata dalam kitab miftah dar assa’adah, “Berfikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan.
“Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat, sehingga dikatakan: ‘tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’.
“Tafakur bisa mengubah kelalaian menjadi kesadaran, dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesehatan ruhani dan kedekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.”
7 Ibnu Hiban
“Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid (ahli ibadah) pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab: “tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, seseorang bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi. Umar bin Abdul Aziz berkata: “tafakur tantang nikmat-nikmat Allah termasuk di antara ibadah yang paling agung.”
Demikianlah sejumlah ulama mengungkap tentang tafakur. []