BEBERAPA hari sebelum Hasan berpulang ke rahmatullah, ia bermimpi melihat tulisan di antara kedua matanya, “Qul huwallahu ahad.” Mimpi itu kemudian diceritakan kepada keluarganya, dan mereka menakwilkannya sebagai suatu pertanda gembira baginya. Oleh keluarganya, mimpi itu dikisahkan kepada Said ibnul Musayyab. Mendengar itu, Said berkomentar, “Sekiranya mimpi itu benar, maka tidak banyak lagi yang tersisa dari umurnya.”
Selang berapa hari kemudian, Hasan bin Ali pun wafat. Dan sia-sialah usaha Husain yang memintanya untuk membeberkan siapa gerangan yang telah meminumkan racun kepadanya. Hasan hanya mengatakan, “Jika benar orang yang kuduga, maka Allah teramat keras siksa-Nya. Dan bila tidak, maka demi Allah, orang yang membunuhku itu tidak akan terlepas dari dosa!”
BACA JUGA: Benarkah Kita Mencintai Nabi Kita?
Ketika ajal mendatanginya, Hasan terlihat takut dan gelisah. Melihat kegelisahan saudaranya itu, Husain menegur, “Wahai akhi? Mengapa harus takut? Sesungguhnya engkau akan pergi menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Ali yang keduanya adalah ayahmu. Engkau akan bertemu dengan Khadijah dan Fatimah yang keduanya adalah ibumu. Engkau akan bertemu dengan Qasim dan Thahir (Abdullah) yang keduanya adalah pamanmu dari pihak ibu, serta akan bertemu dengan Hamzah dan Ja’far yang merupakan pamanmu dari pihak ayah.”
Dengan kegelisahan yang masih membayang di raut wajahnya, Hasan menjawab, “Saudaraku, sekarang ini aku akan masuk ke dalam salah satu ketetapan Allah. Tidak pernah sebelumnya aku masuk dalam perkara seperti ini, serta melihat satu makhluk Allah yang belum pernah sama sekali mataku memandangnya.”
Riwayat lain menyebutkan bahwa Jafar bin Muhammad pernah mendengar ayahnya bercerita, “Menjelang wafat, Hasan bin Ali menangis karena. Melihat hal itu, Husain berkata, ‘Saudaraku, apa yang membuatmu menangis? Engkau pergi untuk bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, Ali, Fatimah, dan Khadijah. Mereka itu adalah orang tuamu. Selain itu, Allah telah mengalirkan di lidah Nabi-Nya bahwa engkau adalah penghulu kaum muda di surga. Engkau telah tiga kali membagikan hartamu untuk Allah dan sudah lima betas kali menunaikan ibadah haji ke Baitullah dengan berjalan kaki.”
Kata-kata Husain itu justru membuat tangisan Hasan semakin keras. Lalu dengan terbata-bata ia berkata, “Wahai saudaraku, aku akan pergi menghadap suatu perkara yang teramat besar, yaitu suatu hal yang teramat menakutkan yang belum pernah kutemui yang menyerupainya selama ini.”
BACA JUGA: Cinta Nabi? Simak Biografi Singkat Rasulullah Ini
Dalam keadaannya tersebut, Hasan berkata, “Keluarkanlah pembaringanku ini ke ruang tengah agar aku dapat memandang kerajaan-kerajaan langit!”
Setelah pembaringannya diangkat keluar, ia menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, “Ya Allah, aku mengharapkan pahala di sisi-Mu untuk nyawaku ini karena nyawaku adalah nyawa yang paling berharga bagiku!” Nyawa adalah salah satu ciptaan Allah yang diperuntukkan kepadanya, dengan demikian ia boleh mengharapkan pahala dari sisi Allah sebagai imbalan dari pencabutannya. Ketika seseorang meminta nasihat terakhir darinya, ia berkata, “Aku pesankan kepada kalian agar selalu mencamkan makna ayat terakhir dan surah an-Nahl, ‘sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.'” (an-Nahl: 128). []
Sumber: Sahabat Remaja Nabi/ Penulis: Fathi Fazwi Abd al-Muthi/ Penerbit: Zaman/ 2009