DALAM kehidupan modern yang serba materalistis seperti saat ini, mengutuk dan sumpah serapah sudah dianggap biasa bahkan lelucon. Padahal, seseorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya.
Dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi SAW bersabda: “Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha’an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor.” (HR. Bukhari).
BACA JUGA: Bolehkah Mengutuk Makanan?
Tha’an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci, menggunjing dan sebagainya.
Melaknat atau mengutuk sama saja artinya dengan berdoa agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah.
Imam Nawawi berkata, “Mendoakan agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh.”
Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yang mendoakan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa seorang mukmin terhadap non-Muslim.
BACA JUGA: Jangan Menghina, Mencela, atau Memanggil Orang Lain dengan Nama Binatang!
Karena itu disebutkan dalam hadits shahih: “Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari).
Pasalnya, seorang pembunuh memutuskan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatan akhirat. Wallahalam. []