SESEORANG yang sempurna akhlaknya yaitu orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya, apalagi terhadap saudaranya sesama Muslim. Sayangnya, di zaman modern dan materalistis seperti saat ini, mengutuk, mengumpat dan sumpah serapah, sudah menjadi hal yang dianggap biasa. Apalagi di sosial media yang kini tengah digandrungi masyarakat dunia.
Ibnu Mas’ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha’an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor.” (HR. Bukhari).
BACA JUGA: Bolehkah Melaknat Pelaku Dosa?
Tha’an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci, menggunjing dan sebagainya.
Melaknat atau mengutuk sama saja artinya dengan berdoa agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah.
Imam Nawawi ra berkata, “Mendoakan agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh.”
BACA JUGA: Laknat Allah bagi Pemberi dan Penerima Suap
Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yang mendoakan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa seorang mukmin terhadap non-Muslim.
Karena itu disebutkan dalam hadits shahih: “Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari).
Sebab seorang pembunuh memutuskan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatan akhirat. Wallahalam. []