PADA zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang penggembala. Karena melihat keluhuran budi pekerti Rasulullah SAW dan keagungan akhlak beliau, akhirnya si penggembala itu masuk Islam tanpa sepengetahuan majikannya. Setelah ia mengikrarkan keIslamannya, ia pun mengajukan usul yang ia kira dapat menguntungkan umat Islam.
Saat itu permusuhan antara kaum musyrikin Quraisy di Mekah dan kaum muslimin di Madinah makin memuncak sehingga mengarah pada peperangan. Atas dasar itulah si penggembala hendak memberikan kontribusi pertamanya pada Islam.
BACA JUGA:Â Punya Kekuasaan, Ingat Amanah
la berkata kepada Rasulullah SAW, “Saya adalah penggembala yang mengurus ratusan domba kepunyaan orang musyrik yang sangat membenci dan memusuhi risalahmu.”
“Lalu?” Rasulullah SAW meminta penjelasan lebih lanjut.
“Saya yakin umat Islam kini sedang membutuhkan dana untuk persiapan peperangan,” jelasnya lagi.
“Lalu?” tanya beliau lagi.
“Majikan saya belum tahu bahwa saya telah memeluk Islam. Aku berpikir bagaimana kalau domba yang ia percayakan kepadaku diberikan untuk kepentingan kaum muslimin sebagai tambahan modal untuk berperang melawan mereka?”
BACA JUGA:Â Ketika Abu Dujanah Mengambil Amanah Pedang dari Rasulullah
Rasulullah SAW tersenyum mendengar usul tersebut. Sungguh kesyukuran atas nikmat iman Islam yang telah mengobarkan semangat juangnya. Akan tetapi, Rasulullah SAW adalah orang mulia yang selalu menjunjung tinggi kejujuran dan amanah.
Oleh karena itu, beliau menolak usul itu dengan halus serta memberi nasihat kepada penggembala itu.
“Seorang muslim haruslah bersikap amanah. Jadi, kau harus melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadamu. Artinya, kau harus mengembalikan seluruh domba kepada pemiliknya dalam jumlah dan kondisi yang sama tidak kurang suatu apa pun.” []