Tubuh mengalami perubahan sesuai dengan perubahan psikologis, misalnya marah, senang, sedih, resah, gusar, dan malu. Adapun marah, pada hakikatnya akan memanaskan tubuh dan mengeringkannya. Oleh karena itu, Rasulullah saw melarang hal tersebut. Konon, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya berucap, “Berpesanlah kepadaku.” Beliau menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari, Turmudzi, dan Ahmad).
Kondisi psikologis yang disebutkan di atas memiliki pengaruh langsung dan aktif pada diri manusia, di mana kondisi itu bisa berakibat pada tensi darah dan juga bisa mengakibatkan beberapa kondisi lain yang cukup berbahaya.
Selain itu, marah yang berlangsung dan terus-menerus dapat menyebabkan penyakit kencing manis, karena bertambahnya aktivitas pada kelenjar di atas ginjal, yang pada gilirannya dapat menambah keluarnya hormon adrenalin. Kondisi psikologis seperti ini juga dapa menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mudah terserang berbagai macam penyakit.
BACA JUGA: Rasul Tahu Aisyah Sedang Marah
Oleh karena itu, orang yang cepat marah, dianjurkan untuk sering menghibur diri sehingga tidak dikuasai oleh amarah. Inilah makna firman Allah, “Orang-orang yang menahan amarahnya.” (QS. Ali Imran: 134)
Dengan demikian Allah telah menetapkan adanya amarah dalam diri manusia, etapi dia juga memberi pujian kepada mereka atas kemampuan mereka mengendalikannya. Nabi saw pernah marah sehingga kemarahannya itu tampak raut wajah beliau. Beliau bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api hanya bisa dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, bila salah seorang di antara kaiian marah berwudhu.”
Dalam riwayat Turmudzi disebutkan: “Ketahuilah bahwa marah adalah bara api dalam hati anak adam. Tidaklah kalian lihat marah kedua matanya (sebagai tanda orang marah itu) dan meregang urat-urat lehernya.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui satu kalimat yang jika dia ucapkan, niscaya kemarahan yang dia rasakan akan hilang’. Aku berlindung kepada Allah dan godaan setan yang terkutuk.” (HR. Muslim)
Sementara kegembiraan bisa menguatkan jiwa sekaligus memberikan kehangatan padanya. Tetapi, jika kegembiraan ini berlebihan, maka akan dapat membunuh jiwanya. Hal itu telah di kisahkan dari beberapa orang, di mana mereka mati karena kegembiraan yang berlebihan.
Hal tersebut telah dilarang melalui firman Allah Azza wajalla, “Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang erlalu membanggakan diri (bersennag hati).” (QS. Qashash:76)
Sedang kegembiraan yang diwarnai keimanan, maka hal itu benar-benar terpuji. Hal iu didasarkan pada firman Allah swt, “Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka.” (QS. Ali Imran: 170)
Juga firmanNya, “Katakanlah, dengan karuni aAllah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan RahmatNya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus:58)
Adapun kecemasan dan kebingungan bisa menyebabkan timbulnya kemarahan. Oleh karena itu, agama mengajarkan untuk memohon pertolongan dari kecemasan dan kebingungan. Dalam sebuah hadist disebutkan, Nabi saw. Bersabda: “Barang siapa banyak rasa cemasnya maka tubuhnya akan sakit.”
Cemas lebih kepada yang ditunggu kedatanganya atau kepergiannya. Rasulullah saw senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari kecemasan dan kesedihan setiap setelah shalat.
Ibnu Abbas berkaa dalam hadist marfu “Barang siapa banyak merasa cemas dan sedih, hendaklah dia memperbanyak membaca: tidak ada daya dan upaya, melainkan hanya milik Allah yang Maha tinggi lagi Maha agung.”
Dengan demikian haqalah (bacaan la haula wa la quwwata illa billah) merupakan ungkapan kepasrahan dan penerimaan.
BACA JUGA: Marah, Merusak Iman
Bagi orang yang sering cemas disarankan supaya menyibukan diri dengan hal-hal yang bisa membuatnya lupa akan kecemasan itu, hendaklah menyibukan diri dengan hal-hal yang bisa mebuatnya melupakan hal tersebut, sebagaimana yang diriwayakan dari Nabi saw, dimana beliau bersabda: “Hendaklah salah seorang di antara kalian, jika kecemasannya menyelimui dirinya supaya mengalungkan busurnya.”
Dari Abu Hurairah, Nabi saw jika dibuat cemas oleh suatu urusan, maka dia segera mengangkat kepalanya kelangit seraya berucap “ maha suci allah yang maha agung”
Dari Abdullah bin mas’ud dengan status marfu’, dimana Rasulullah saw bersabda:
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hamba laki-laki Mu, anak hamba perempuanMu, hukumMu berlaku pada diriku, begitu adil hukumMu yang berlaku pada diriku. Aku memohon kepadaMu dengan segenap nama yang menjadi milikMu, yang dengannya Engkau memberi nama pada diriMu sendiri. Atau Engkau turunkan dalam kitabMu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari mahlukMu, atau Engkau sembunyikan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisiMu. Hendaklah engkau menjadikan Al-qur’an dan al’-Azhim sebagai teman hatiku, cahaya dadaku, pelipur laraku, dan penghilang kecemasanku, mealinkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan kecemasannya serta menggantinya dengan kegembiraan”. []
Sumber: Pola Makan Rasulullah/PenulisProf. Dr. Abdul Basith Muhammad as-Sayyid/Penerbit: Almahira/2008
Yudhistira Adi Maulana
Owner:
– Bekam Ruqyah Center (BRC) Purwakarta
– Galeri Madu Yudhistira
– www.mokuseiinterior.com
WA: 0855-5940-3710