MENYAMPAIKAN perasaan cinta mungkin bukan sesuatu yang berat bagi pengantin baru, mudah saja ungkapkan, “Aku mencintaimu,” dan sejenisnya.
Tapi lain cerita bagi yang sudah lama menikah, apalagi selama ini jarang berkata-kata manis, jarang menggoda pasangan, jarang merayu, jarang bergombal-gombal ria. Bila tiba-tiba berseloroh, “I love you, Sayang.”
Mungkin reaksinya, “Astaghfirullah… Istighfar Kang, istighfar. Ari akang teh sehat?”
BACA JUGA: Ternyata Cinta…
Dianggap aneh, norak, dan genit. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba jadi mesra, pakai ungkapan cinta segala.
Biasanya juga datar-datar saja, kok sekarang tiba-tiba jadi romantis, “Ah, jangan-jangan berpaling ke lain hati..”
Waduh!
Repot ‘kan kalau begini?
Maka kudu pelan-pelan menyampaikannya. Memang kita perlu mengatakan cinta, tapi bagi yang selama ini kaku dan tidak biasa mengatakannya jangan tiba-tiba mengatakan cinta.
Biar tidak salah sangka, sebaiknya awali dengan canda, atau sampaikan sambil guyon. Misalnya, “Ay lap yu, Neng,” sambil nyengir.
“Kula tresno karo sampean.”
“Urang bogoh ka anjeun.”
“Ana ukhibukum fillah.”
Serta banyak lagi ucapan semakna untuk mengungkapkan perasaan cinta.
Semoga ucapan sederhana ini makin menguatkan jiwa, menghangatkan perasaan, dan mengokohkan kebersamaan.
Cinta itu butuh bukti, mencintai pasangan adalah tanggungjawab untuk menafkahi, membersamai, dan melindungi. Yang menguatkannya adalah kata.
Cinta harus ucapkan?
Untuk apa?
Untuk menenangkan jiwa, mendamaikan perasaan, dan menguatkan ikatan pernikahan.
Betapa agung, mulia, dan memesona Allah mengajari kita. Melalui Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 260, kita belajar arti cinta, juga keteguhan hati dalam mengekspresikannya.
Suatu hari Nabiyullah Ibrahim as berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.”
Bayangkan, bagaimana bisa seorang nabi bertanya seperti ini?
Sekualitas Nabi Ibrahim, Nabi Ulum Azmi, nabi yang menyandang gelar Khalilullah (kekasih Allah) menanyakan hal ini pada Allah. Apakah Nabi Ibrahim tidak yakin dengan kekuasaan Allah?
Apakah Nabi Ibrahim meragukan Rabbnya, hingga harus melihat Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati?
BACA JUGA: Cinta Itu Memberi Bukan Menuntut untuk Diberi
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi dan terang-terangan, lalu dengan santun Allah berfirman, “Belum yakinkah engkau?”
Nabi Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).”
Ya, bukan Nabi Ibrahim tidak yakin pada Allah atas segala kuasa-Nya, tapi Nabi Ibrahim butuh bukti yang menguatkan hatinya, agar tetap mantap, kuat, dan kokoh dengan keyakinannya. Agar hatinya kian yakin akan kuasa Allah SWT.
Mengatakan cinta pada pasangan menjadi bagian untuk menguatkan perasaan, memantapkan hati, dan mengokohkan kebersamaan. Agar selimut ragu, bingung, dan bimbang tak lagi menyelimuti perasaan.
Silakan ucapkan cinta pada pasangan Anda, “I love You, Dinda.” []