“KALAU ada orang yang mencaci maki atau mengajak berkelahi, katakan ‘aku sedang berpuasa’,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menyadarkan kita bahwa di bulan Ramadhan ini merupakan saranan spiritual bagi semua muslim di dunia untuk melakukan perubahan dari perbuatan dan kebiasaan yang buruk menjadi pribadi dan insan yang lebih baik. Kita harus mampu menahan amarah karena, amarah tidak akan dapat menyelesaikan masalah, malah semakin membuat keadaan makin buruk dan parah. Terutama jika menahan marah saat sedang berpuasa, akan mendapat pahala yang banyak sekali dari Allah. Allah berfirman, “Yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS. Ali Imran [3]: 134).
Dapat kita sadari bahwa tidak ada manusia yang dapat menghindarkan diri dari kemarahan ini. Karena marah ini merupakan sifat dari fitrah manusia, dan anugerah dari Allah SWT. Namun tetap saja amarah ini harus dapat dikendalikan dan tidak disertai dengan hawa nafsu yang membawa keburukan.
Allah SWT berfiman, “Nafsu itu berkecenderungan untuk menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat,” (QS. Yusuf [12]: 53).
Mengenai hal ini, Nabi SAW pun telah menasihati kita, “Orang kuat bukanlah yang bisa menjatuhkan seseorang ke tanah, namun orang yang bisa mengendalikan diri ketika dia marah,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pembaca yang budiman, Allah dan Rasul telah memberitahu kita untuk sebisa mungkin menahan amarah. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan ibadah puasa yang sedang kita jalani ini, mari kita lepas semua perilaku buruk kita selama ini. Jadikan momentum ramadhan ini kita semakin sabar, halus dalam bertutur kata, makin sayang ke sesama, dan makin berbudi pekerti baik. Semoga di ramadhan tahun ini, kita dapat meraih kemenangan yang abadi, yakni surga.
Sumber: The Power of Ramadhan/Ust. Muhammad Arifin Ilham&Ustz. Dr. H. S. Suryani Taher/Haqiena Media/Jakarta Timur/Juli 2012.