Oleh: Shinta Wahyu
PACARAN diam-diam. Itulah fenomena yang sering ditemukan pada aktivis abal-abal. Mereka sering kali menulis dan menyuarakan tentang larangan berpacaran, namun diam-diam berhianat di belakang.
Aktivis yang pacaran tidak akan mengakui bahwa mereka pacaran. Tetapi mereka menyebutnya sebagai ta’aruf. Mereka tidak berinteraksi layaknya orang pacaran yang sering bertemu, saling memberi panggilan sayang atau mengumumkan hubungan pada teman-temannya. Hubungan itu dirahasiakan sedemikian rupa, namun tetap berkomunikasi via sms, telepon maupun pesan pribadi di sosial media.
BACA JUGA: Renungan untuk Kita
Dalam Islam, pacaran itu dilarang. Memang betul, pacaran belum tentu berzina. Tetapi pacaran adalah perbuatan mendekati zina (takhrabu zina), dan hal ini juga dilarang tegas. Masih mau menyangkal bahwa pacaran itu baik? Lihat saja pasangan yang hamil di luar nikah, mereka pasti pacaran sebelumnya. Jika karena pemerkosaan, pasti lelakinya akan digiring ke penjara, bukan ke pelaminan. Nah lho!
Keburukan dalam hubungan ini, selain mencoreng kehormatan golongan pemuda muslim juga merugikan salah satu pihak. Hubungan diam-diam itu tidak menjanjikan loh. Bisa saja yang dijanjiin nggak cuma kamu doang. Tapi masih ada akhwat lain yang juga diiming-imingi pernikahan yang indah pada waktunya asalkan dia pandai menjaga rahasia. Tidak mengumbar hubungan “ta’aruf” rahasia tersebut pada orang lain.
“Tetapi siapa yang bisa menjamin suatu hari dia akan benar-benar menikahi anti dan bukan akhwat yang lain, meskipun anti mampu menyimpan rahasia serapi mungkin?”
BACA JUGA: Lelaki yang Baik Tidak Mengajak Pacaran
Islam di Indonesia ini belum sepenuhnya menerapkan hukum Islam. Sehingga masih ada celah bagi aktivis abal-abal untuk mengakali dalil dan aturan. Joker seperti mereka ini susah untuk diberantas. Satu sisi menunjukkan muka religius, muka yang lain adalah gombalicious. Hadeh…
Hukuman bagi mereka yang senang mempermainkan syariat adalah diboikot atau dikucilkan. Dalam sebuah majelis yang saya ikuti, seorang jama’ah melaporkan temannya yang ngaji tapi masih berpacaran atau berzina, maka Pak Ustadz menyarankan untuk mengucilkan saja orang tersebut jika memang tidak mau dikembalikan ke jalan yang lurus. Lebih baik Islam kehilangan satu orang dari pada tercoreng oleh perbuatan seorang saja. []