“Bu Neng, berapa honor guru guru PAUD di sini?” tanya saya pada seorang kawan.
“Perbulan mereka dapat honor Rp. 50.000,” jawabnya.
“Masya Alloh, honor segitu masih ada yang mau jadi guru PAUD. Apakah mereka lulusan SD? Berapa murid-murid membayar,” saya penasaran.
“Tidak bu, guru-guru kami sarjana. Ada karyawan lulusan SMA. Anak anak bayar Rp. 15.000/ bulan, itu pun ada yang bayar ada yang tidak,” jawabnya.
Begitulah, saya bertanya kepada kawan-kawan pengelola PAUD di kampung, melihat bagaimana mereka mengabdi di desa, itu kenyataannya. Honor guru PAUD tak sebanding dengan kerjanya. Tak jarang pengelola PAUD nombok biaya operasional sehari-harinya.
Kawan saya itu pejuang PAUD luar biasa, setiap ada kegiatan seminar atau pelatihan dia selalu hadir mengikutinya, bahkan tak jarang mengeluarkan biaya dari dompetnya sendiri mengirim guru-guru untuk mengikuti pelatihan guru anak usia dini. Bahkan, pendidikan bagi anak usia dini yang mereka lakukan penuh tanggung jawab. Mereka mendidik anak tidak asal-asalan. Penuh cinta juga keikhlasan. Mulai dari membuat kurikulum, menyiapkan berbagai macam kegiatan harian sampai menulis Buku laporan tahap perkembangan.
Mungkin iya di kota besar ada sedikit lembaga PAUD yang bayarnya sangat mahal, mungkin iya di beberapa lembaga PAUD anak digegas calistungnya hanya agar anak ingin cepat cerdas.
Namun tidak berarti semua lembaga PAUD seperti itu. Banyak lembaga PAUD yang berdiri karena rasa peduli. Banyak guru PAUD yang mengabdi karena ingin membantu sesama ibu.
Betul anak usia dini idealnya dididik dan diasuh oleh orangtuanya. Namun, jika seorang ibu single mom, harus bekerja untuk menafkahi anak-anaknya, orangtua jauh, punya anak usia dini ditinggal lama dengan assisten rumah tangga kurang nyaman, maka lembaga PAUD sangat membantu ibu ini.
Tapi jika ibu sarjana, punya segudang ilmu mendidik anak, ilmu tahap perkembangan anak, suami bergaji tinggi, maka sebaiknya anak usia dini dididik langsung oleh orangtuanya.
Jadi tidak benar jika semua lembaga PAUD disebut orientasinya bisnis, tidak semua lembaga PAUD menjejali dan memaksa anak pintar calistung. Tak sedikit lembaga PAUD yang berjuang demi masa depan anak bangsa nanti. Masih banyak lembaga PAUD yang berdiri karena peduli terhadap tumbuh kembang anak negeri. []
(Salam semangat dari saya sebagai pengelola PAUD Inklusi, bagi yang masih belum yakin mari datang berkunjung ke lembaga kami, akan kami terima dengan senang hati).