RASULULLAH ﷺ sedang membagikan barang hasil rampasan perang Hawazin. Barang-barang tersebut berikan kepada orang-orang Muhajirin dan orang-orang Mualaf, tetapi beliau tidak memberikan hasil rampasan itu kepada kaum Anshar.
Itu membuat orang-orang Anshar marah kepada Rasulullah ﷺ dan melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar telinga, juga ada yang berkata kalau bcliau itu pilih kasih atau berat sebelah.
BACA JUGA: Kaum Anshar, Sosok Barisan Kesatria yang Penuh Kemuliaan
Selain itu Hasan bin Tsabit juga menegur Rasulullahﷺ lewat syairnya dan Sa’ad bin ‘Ubadah berkata, “Ya Rasulullah, sebenarnya orang-orang Anshar itu marah terhadap Rasulullah, akibat Rasalullah membagi-bagikan hasil rampasan perang kepada kaum Muhajirin dan Mualaf saja.”
Setelah mendengar hal tersebut, Rasulullah ﷺ berkata, “Hai Sa’ad, dalam hal ini kamu akan memihak kepada siapa?”
Kemudian Sa’ad menjawab, “Ya Rasulullah, saya akan memihak kepada kaumku sendiri.”
Mendengar hal itu, Rasulullah ﷺ berkata, “Kumpulkanlah semua kaummu.”
Dan Sa’ad mengumpulkan semua kaumnya.
Setelah semua-nya kumpul lalu Rasulullah ﷺ menghampirinya dan berkhotbah, “Hai semua kaum Anshar, aku telah mendengar ucapan kamu semuanya yang isinya menjelek-jelekkanku, marah terhadapku, dan menganggap aku tidak adil terhadap kalian semua. Bukankah aku telah datang kepadamu dan waktu itu kamu masih dalam kesesatan. Kemudian Allah memberi hidayah dan petunjuk kepadamu semuanya?
“Sedangkan waktu itu kamu semua dalam keadaan miskin dan Allah memberikan kamu semua kekayaan?
“Dan kamu dulu juga dalam keadaan bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan kamu semuanya?”
Kemudian setelah mendengar semua khotbah beliau akhirnya membuat kaum Anshar sadar danberkata, “Ya, Allah dan Rasul-Nya yang telah banyak memberikan kenikmatan juga lebih utama.”
Setelah mendengar ucapan kaum Anshar, beliau berkata, “Ketahuilah demi Allah yang telah menciptakanku dan memercayai aku, apabila kamu sekalian mau, tentu kamu pasti bisa menjawabnya dengan benar dan jawabanmu itu akan dibenarkanya.”
Sesudah itu beliau berkata dengan lantang, “Wahai orang-orang Anshar, apakah kamu sekalian marah terhadapku hanya karena kenikmatan duniawi saja yang aku gunakan untuk meluluhkan hati suatu kaum, supaya mereka mau masuk Islam? Dan aku percaya akan keislamanmu itu?
“Apakah kalian semua tidak rela hati, wahai orang-orang Anshar, apabila orang-orang tersebut pergi membawa unta dan kambing, sedang kamu pulang dengan membawa Rasulullah ke negeri kamu?
“Demi Zat yang menguasai diri Muhammad, jika bukan karena hijrah, maka aku pasti menjadi kaum Anshar dan seandai orang-orang melalui suatu bukit dan orang-orang Anshar melalui bukit yang lainnya, maka aku pasti akan melalui bukit yang dilewati oleh kaum Anshar juga. Ya Allah sayangilah orang-orang Anshar, anak-anaknya, cucu-cucunya, dan cidt-cicitnya.”
BACA JUGA: Cinta Kaum Anshar kepada Rasulullah
Mendengar kata-kata Rasulullah ﷺ itu, orang-orang Anshar meneteskan air mata dan menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya.
Lalu mereka berkata, “Kami sangat ridha dan lebih senang membawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai yang kami dapatkan.” []
Sumber: Kisah Keadilan Para Pemimpin Islam/Karya: Nasiruddin S.Ag, MM/Penerbit: Republika