Oleh: Ammylia Rostikasari, S.S.
Aktivis Komunitas Penulis Bela Islam
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS.At-Taubah(9):100).
Masyaallah, satu di antara sosok kaum yang Allah puji dalam kalam-Nya, ialah Anshar. Anshar adalah penduduk Madinah yang rido menerima kedatangan orang-orang muhajirin pada masa kerasukan. Saat itu kaum Muhajirin harus hijrah ke Madinah dan rela meninggalkan kota kelahiran mereka tercinta yaitu Makkah.
BACA JUGA: Masjid di China Ini Dibangun Sahabat Nabi
Setibanya di Madinah, kaum Anshar menyambut Rasulullah dan kaum Muhajirin dengan baik dan membantu perjuangannya. Hal ini karena sebelumnya telah ada sebagian penduduk Madinah yang mengunjungi Makkah untuk menjadi pengikut Nabi Muhammad (peristiwa Baiat Aqabah).
Kaum Anshar dikenal sebagai kaum yang menjunjung nilai-nilai altruisme, yaitu mendahulukan kepentingan orang lain, dibandingkan kepentingan pribadinya. Mereka tawarkan pakaiannya, tempat tinggalnya, pencahariannya, bahkan istri-istrinya kepada kaum Muhajirin untuk dapat dinikahi. Setelah Rasulullah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, persatuan kaum Muslim menjadi semakin kokoh.
Secara bahasa Anshar berarti penolong dan Kaum Anshar terdiri dari Bani Khazraj dan Bani Aus. Nama yang mencerminkan sosok barisan penuh kemuliaan.
Kaum Anshar telah berbaiat kepada Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan Rasulullah. Kaum Anshar pun berjanji untuk mengabdikan jiwa raga mereka demi mengawal Rasulullah dalam menolong agama Allah subhanahu wata’ala.
Sungguh nyata apa yang ditekadkan kaum Anshar. Saat persiapan menjelang Perang Badar, Rasulullah hendak melibatkan Kaum Muhajirin dan Anshar. Rasulullah telah mengantongi keseriusan kaum Muhajirin yang telah teruji setia membersamai Rasulullah dalam perjuangan.
Namun, sedikit keraguan muncul. Kekhawatiran jika kaum Anshar hanya rela berjuang jika ada gangguan di dalam Madinah saja. Sementara Perang Badar akan berlangsung melawan Kafir Quraisy di luar Madinah.
Memahami akan hal itu, sontak Sa’ad bin Muadz sebagai kaum Anshar menyadari bahwa yang beliau maksud adalah diri mereka, maka Sa’ad bin Mu’adz yang memegang panji Anshar menoleh kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Demi Allah, seakan-akan yang Anda maksud adalah kami, wahai Rasulullah!”. Rasul menjawab: “Tentu saja”.
Sa’ad berkata lagi: “Kami sungguh-sungguh mengimani dan membenarkanmu. Kami bersaksi bahwa apa yang engkau datangkan adalah benar. Atas dasar itu, kami memberikan kepada engkau janji dan kebulatan tekad untuk selalu mendengar dan menaati engkau. Karena itu, lakukanlah wahai Rasulullah apa yang engkau inginkan, maka kami tetap bersama engkau.
Demi Dzat Yang mengutus engkau, seandainya engkau mengajak kami menyeberangi lautan ini, lalu engkau terjun ke dalamnya, pasti kami turut terjun bersama engkau. Tidak seorang pun dari kami yang akan berbalik dan kami tidak benci jika besok hari engkau mempertemukan kami dengan musuh kami. Sesungguhnya kami pasti sabar dalam peperangan, benar dalam pertemuan. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu sesuatu dari kami yang dapat menenangkan matamu. Berjalanlah bersama kami dengan naungan berkah Allah.”
BACA JUGA: Mengapa Rasulullah Larang Ali Poligami?
Belum lagi Sa’ad menyempurnakan ucapannya, tiba-tiba wajah Beliau saw. yang mulia memancarkan cahaya kebahagiaan dan bersabda: “Berjalanlah kalian dan bergembiralah, karena Allah Swt. telah menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok. Demi Allah, sekarang seakan-akan aku melihat para kesatria (An-Nabhani, 2012:97).”
Begitulah sekilas potret Kaum Anshar, barisan kesatria Allah yang penuh kemuliaan. Penuh inspirasi juga motivasi bagi pemuda akhir zaman yang ingin berjuang di akhir zaman. Wallahu’alam bishowab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.