KETIKA ditanya oleh seseorang, apakah Anda sering mengucapkan kata terserah? Ya, hal ini memang banyak dilakukan, terutama oleh kaum Hawa.
Kata aib dan sakti “terserah” menjadi senjata pamungkas perempuan masa kini. Malas menjawab, terserah. Ingin dimengerti, cukup dengan terserah. Semuanya terserah pokoknya.
Tindakan semacam ini haruslah dihentikan. Kita harus mengerti, apakah semua masalah bisa diselesaikan dengan terserah?
1. Suatu saat kita diharuskan memilih
Jika suatu hari nanti kita dihadapkan pada suatu pilihan, apakah kita masih mau bilang terserah? Bahkan jika suatu hari nanti kita berada di posisi pemimpin, masih mau bilang terserah?
2. Terkadang merupakan sifat menyebalkan
Percayalah, terserah bukan sebuah ciri “manut” dan rendah hati. Kata-kata terserah malah menimbulkan kemalasan bagi orang lain. Lama-kelamaan mereka akan malas meminta pendapat dari kita.
3. Jangan terlalu nyaman
Menyerahkan keputusan pada orang lain tidak selamanya menjadi pilihan yang baik. Terbiasa menyerahkan hidup pada orang lain membuat kita terlalu nyaman dan malas berinovasi.
4. Tidak semua orang bisa jadi penyayang
Terserah biasanya diartikan sebagai “harusnya kamu mengerti mauku.” Tidak semua orang bisa memahami keinginan kita bukan? Cobalah lebih tegas. []