Oleh: Isti Rahmawati, S.Hum
idefauzi@gmail.com
ADA yang menyebut bahwa kehidupan dunia ini berputar. Kadang di bawah kadang di atas. Bahkan hidup itu seperti mengulang masa lalu. Ada kisah-kisah zaman dulu yang kini terjadi di zaman sekarang.
Dalam sirah nabawiyah diceritakan bagaimana reaksi masyarakat di Mekah terhadap dakwah Rasulullah. Rasulullah menyebarkan agama Islam di tengah-tengah mereka namun mereka masih menganggap bahwa yang dibawa beliau sama dengan agama atau kepercayaan bangsa arab lainnya.
Namun, mereka melihat bahwa dakwah Rasulullah mengancam kedudukan mereka. Setelah turun wahyu berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah dan para sahabat membentuk barisan dan maju ke tengah Kota Mekah. Mereka menyerukan agama Islam yang dibawa.
BACA JUGA: Titik Balik Remaja Quraisy Mushab bin Umair
Banyak reaksi buruk yang ditampakkan oleh masyarakat Mekah saat itu. Pada suatu waktu, mereka mendatangi Rasulullah sambil mengajukan pertanyaan tentang mukjizat yang menjadi penguat risalahnya. Mereka berkata:
“Mengapa Muhammad tidak mampu mengubah Shafa dan Marwa menjadi emas?”
“Mengapa Muhammad tidak bisa memindahkan gunung sehingga Mekah tidak terus-menerus terpenjara di sekelilingnya?”
“Mengapa Tuhanmu (Muhammad) tidak mewahyukan kepada Muhammad tentang harga barang di masa depan sehingga mereka bisa mendapat keuntungan di masa depan”
Membaca sirah tersebut sungguh menggelitik hati sebab banyak pernyataan yang sekilas mirip pada manusia zaman sekarang. Ketika dinasihati untuk tidak terlibat utang dengan riba, lalu dengan lantang mereka berkata:
“Memang kamu mau bayar utang saya?”
“Kalau gak dengan berutang di Bank, lalu siapa yang mau belikan rumah buat saya. Situ mau bayarin?”
Atau ketika disampaikan ayat-ayat tentang taat pada Allah. Misalnya menutup aurat, dengan keras menjawab:
“Menutup aurat itu butuh dana. Kamu mau bayarin baju dan kerudung saya?”
Diajak untuk keluar dari aktivitas ribawi, dengan tegas berkata:
“Kamu nyuruh saya keluar kerja di tempat ribawi itu, kamu mau biayain anak dan istri saya?”
Padahal, esensi dakwah Rasulullah bukanlah pada manfaatnya. Tapi pada ketaatan kita sebagai manusia.
Memang betul di zaman sekarang sangat sulit untuk berjalan di rel syariat. Namun bukan berarti hati kita lantas tertutup dari ayat-ayatnya.
Jika ada yang menasihati terkait syariat Allah. Jadilah pendengar yang baik. Cerna dengan hati, lalu refleksikan ke dalam pikiran kita, selaraskan dengan ayat-ayatnya hingga ilmu itu benar-benar menjadi cahaya di dalam hati.
Seringkali kita terburu-buru mengomentari nasihat manusia. Nasihat mereka kita lempar dengan pertanyaan-pertanyaan dangkal. Nasihat untuk menjauhi hutang ribawi, lantas kita malah meminta sang ustad untuk membayar hutang kita.
Sulit sekali menjadi penasihat kalau ujung-ujungnya harus menanggung beban tersebut. Mungkin lain hal jika yang menasehati itu adalah orang kaya yang dermawan. Sambil menasehati, mungkin langsung dibayar lunas. Banyak sekali manusia Quraisy saat ini. Mereka yang seringkali bersembunyi di balik asas manfaat.
Sedih sekali bagi para pengemban dakwah yang ingin saling menasihati. Mereka maju mundur ketika ingin menyampaikan kebenaran. Apalagi jika sang pengemban tersebut bukanlah kalangan orang kaya. Mungkin hanya cemoohan yang mereka dapat.
BACA JUGA: Perkataan Rasulullah yang Membuat Orang Quraisy Mematung
Percayalah. Nasihat itu bentuk kepedulian. Janganlah menjadi orang Quraisy yang selalu menuntut lebih. Selalu materi dan materi. Kalau zaman sekarang, duit lagi duit lagi.
Di dalam hadist Arbain dari Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.”
Sebagaimana kata Al-Khatthabi ra,
النَّصِيْحَةُ كَلِمَةٌ يُعَبَّرُ بِهَا عَنْ جُمْلَةٍ هِيَ إِرَادَةُ الخَيرِْ لِلْمَنْصُوْحِ لَهُ
“Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang ditujukan nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)
Semoga kita menjadi kaum akhir zaman yang mau membuka hati menerima nasihat. Senantiasa berlemah lembut kepada siapa saja yang peduli lewat nasihat. Wallahualam bishawab. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.