“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina’,” (QS. Al-Baqarah: 65).
“Katakanlah, ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka yang dijadikan kera dan babi dan menyembah thaghut?’ Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus,” (QS. Al-Maidah: 60).
“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, ‘Jadilah kamu kera yang hina’,” (QS. Al-A’raf: 66).
TIGA ayat itu jelas-jelas menyebutkan bahwa sebagian umat Yahudi yang membangkang itu dihukum dengan cara yang sangat aneh, yaitu mereka dikutuk berubah wujud menjadi kera dan babi.
Jika kita buka kitab tafsir, misalnya Al-Jami’ li Ahkamil Quran karya Al-Imam Al-Qurtubi rahimahullah, disebutkan bahwa ada beberapa riwayat yang berbeda dalam menetapkan desa yang dimaksud. Menurut Ibnu Abbas radhiyallahuanhu., Ikrimah dan As-Suddi, nama desa itu adalah Aylah.
Dalam riwayat lain menurut Ibnu Abbas juga, nama desa itu adalah Madyan, yang terletak di antara Aylah dan At-Thuur. Sedangkan menurut Az-Zuhri namanya adalah Thabariyah. Dan Qatadah serta Zaid bin Aslam mengatakan namanya adalah Maqnat, yang terlewat di pantai negeri Syam.
Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang riwayat selanjutnya kera-kera itu. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa setelah berubah menjadi kera, mereka pun mati begitu saja dan punah setelah tiga hari. Kutukan menjadi kera itu untuk menghina mereka sebelum dimatikan, agar sempat merasakan kehinaan di dunia ini.
Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah dengan kekuasaan-Nya, setelah menjadi kera beberapa waktu, Allah Ta’ala mengembalikan lagi mereka ke wujud semula. Tetapi yang jelas, kera-kera itu tidak berketurunan hingga sekarang ini. Sehingga kurang tepat kalau kita sebut bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa keturunan kera. Sebab kera-kera itu mati dan tidak punya keturunan.
Bila sampai hari ini kita masih menemukan bangsa yahudi dalam wujud manusia dan berkeliaran sebagai bangsa yang dimurkai, maka hal itu masuk akal. Kenapa? Karena selain yang dikutuk menjadi kera itu tidak berketurunan, juga tidak semua bangsa yahudi berubah jadi kera.
Namun bahwa bangsa yahudi itu punya sifat-sifat yang tidak baik, Alquran telah begitu banyak menyebutkannya. Surat Al-Baqarah saja sudah menelanjangi kebejatan orang-orang yahudi. Belum kisah-kisah yahudi lainnya yang tersebar di berbagai ayat lainnya.
Dan buat kita, cukuplah tidak kurang dari 17 kali dalam sehari semalam kita meminta kepada Allah Ta’ala agar diberi petunjuk ke jalan lurus, dan bukan jalan seperti orang yahudi yang digelari sebagai al-maghdhubi ‘alaihim.
Apa artinya? Bangsa yang dimurkai Allah.
Sekilas terkesan ayat-ayat Alquran itu rasialis memang. Tetapi apa yang dituturkan Alquran itu tidak lain hanyalah jawaban atas sikap bangsa yahudi yang memulai rasialisme yang mereka banggakan, tetapi mengatasnamakan Tuhan.
Jadi kalau kita pahami konteksnya, bukan Alquran yang bersikap rasialis, melainkan bangsa Yahudi sendiri yang membanggakan darah dan keturunan mereka, dengan memelintir ayat-ayat Taurat, serta mengatas-namakan kehendak Allah.
Oleh karena itulah maka kalau kita temukan Alquran mengutuk bangsa yahudi, sebenarnya bukan tanpa sebab. Penyebabnya adalah sikap rasialis mereka sendiri, yang kemudian direspon di dalam Alquran.Wallahu a’lam bishshawab. []
Disusun dari berbagai tulisan Ustaz Ahmad Sarwat dari beberapa sumber.