DALAM Alquran pun, penyebutan matahari (asy-syams), bila berlanjut dengan penjelasan sifat-sifat cahayanya, sering menggunakan kata siraaj. Sedangkan penyebutan sifat cahaya bulan (al-qamar) menggunakan kata nuur.
Kedua kata ini, siraaj dan nuur, sama-sama berarti cahaya. Perbedaannya, kata siraaj menunjukkan cahaya yang dipancarkan dari dalam dirinya sendiri. Sementara nuur mengindikasikan cahaya yang berasal dari luar dirinya, atau memantulkan cahaya yang didapatnya dari benda lain. Hal ini sangat jelas termuat dalam firman-Nya,
وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا
“Dan Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?” (QS. Nuh: 16).
Dengan benda-benda langit yang memancarkan cahaya di waktu malam yang gelap itulah, Allah SWT menghiasi langit dunia. Baik benda-benda itu memancarkan cahaya yang berasal dari dalam dirinya sendiri, atau pun memancarkan cahaya matahari yang jatuh ke permukaannya.
BACA JUGA: Saat Meruqyah, Jin Mengaku Bisa Lihat Pintu Langit Terbuka, Bolehkah Memercayainya?
Tentang tafsir makna kalimat ziinatinil kawaakib yang terdapat pada ayat ke-6 surah ash-Shaffat, Imam ath-Thabari mengungkapkan dua cara baca yang berbeda pada kalimat tersebut:
Pertama, cara baca para pembaca al-Qur’an (qurra) dari Madinah, Bashrah, dan sebagian pembaca al-Qur’an dari kufah, dengan meng-idhafah-kan kata ziinah ke kata al-kawaakib, sehingga menjadi bi ziinatil kawaakib; kedua, cara baca keseluruhannya menajadi ziinatinil kawaakib.
Kedua cara baca ini menyebabkan munculnya dua makna yang berbeda. Cara baca pertama menghasilkan makna: objek yang dihiasi adalah planet, sehingga langit bumi tampak indah dengan hiasan pada planet-planet tersebut. Sementara cara baca kedua menghasilkan makna: planet-planet itu adalah hiasan untuk memperindah langit bumi terdekat.
Bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit di malam hari adalah tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Semua tercipta tanpa memiliki cacat sedikit pun. Dengan semua ciptaan-Nya itu, Allah SWT bisa menstimulasi pikiran dan imajinasi manusia agar bisa mencapai kesempurnaan iman dan kemuliaan akhlak.
Orang-orang yang beriman, ketika tampak bagi mereka salah satu dari tanda-tana kekuasaan Allah, hal itu akan menambah keyakinan dan meningkatkan keimanan mereka kepada Allah SWT. Sebab, dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah SWT, menjelaskan bahwa seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi bertasbih, mamuji kebesaran Allah SWT.
Agus Mustofa, dalam Pusaran Energi Ka’bah, mengidentikkan pergerakan bintang dan planet yang pada tiap-tiap galaksi mengelilingi matahari, serta perputaran bintang dan planet pada tiap-tiap galaksi mengelilingi lubang hitam (black hole), memiliki landasan hukum yang sama dengan pergerakan para jemaah haji ketika melakukan thawaf di Ka’bah. Arah perputaran keduanya sama.
Kesimpulannya juga sama, bahwa Dzat yang memerintahkan manusia untuk melaksanakan thawaf di Baitullah, adalah Dzat yang menciptakan jagat raya beserta seluruh isinya. Thawaf umat Islam di Baitullah adalah miniatur gerak edar benda-benda angkasa, dari yang terkecil berupa proton dan elektron yang berputar mengelilingi inti atom, hingga gerak edar gugusan bintang dalam satu galaksi yang berputar mengelilingi satu titik pusaran.
Dalam al-Qur’an, Allah SWT juga menjelaskan bahwa makhluk dan benda-benda angkasa itu bertasbih dengan cara yang tidak diketahui oleh manusia.
BACA JUGA: Diungkap Alquran, Inilah Gambaran Langit pada Peristiwa Kiamat
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya, bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun, melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Isra: 44).
Dengan terungkapnya fenomena gerak benda-benda yang ada di alam semesta, mulai dari yang terkecil di tingkat proton dan elektron serta mungkin molekul yang lebih kecil darinya, hingga kumpulan benda-benda besar pada galaksi-galaksi di luar angkasa; disertai kesamaan pola geraknya dengan arah gerakan thawaf orang yang sedang menunaikan ibadah haji.
Wajar bila kemudian sebagian ilmuwan muslim mengasosiasikan kesamaan pada kedua pola gerakan itu sebagai isyarat yang menunjukkan Penciptanya adalah Rabb al-Ka’bah (Tuhan Pemilik Ka’bah). []
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012