“Manusa mah, hade ku basa, goreng ku basa.” Baik buruk seorang manusia salah satunya ditentukan oleh bahasanya. Bahasa lisan maupun perbuatan. Ucapan, mimik wajah, dan gestur tubuh.
Kedudukan, posisi, dan peran dalam kehidupan kadang meruncingkan ego, menumbuhkan angkuh, juga melahirkan sikap ingin dihargai dan dihormati. Merasa diri lebih mulia, berharga, dan terhormat.
Sikap seperti ini bisa tumbuh dalam diri siapa saja, terutama mereka yang menduduki posisi tertentu dalam kehidupan masyarakat.
BACA JUGA: Ikhlas Itu…
Misalnya; Guru merasa lebih mulia daripada muridnya; Dosen merasa lebih mulia daripada mahasiswanya; Ustaz merasa lebih mulia daripada santrinya; Atasan merasa lebih mulia dari bawahannya; Pejabat merasa lebih mulia dari rakyatnya.
Kadang dengan posisi-posisi itu, menjadi sulit diakrabi, menjaga jarak, dan tak level duduk bersama. Saat berpapasan di jalan enggan menyapa, tersenyum dan beruluk salam. Inginnya disapa, disenyumi, dan disalami. Susah akrab dan tak nyaman diakrabi.
Bila gejala seperti ini nampak dalam kehidupan kita, mohon ampun pada Allah dan segera perbaiki diri. Sebab, menurut Imam al Munawi, ini merupakan tanda lemahnya iman, kerasnya hati, dan kasarnya perangai.
Seorang “Mukmin itu,” kata Imam Munawi, “Mudah akrab dan enak diakrabi karena kebaikan akhlaknya, kemudahan wataknya, dan kelembutan perangainya.”
Melalui lisannya yang agung, mulia, dan tidak pernah berdusta Rasulullah Saw bersabda, “Mukmin itu mudah akrab dan enak diakrabi. Dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak suka mengakrabi, tak nyaman pula diakrabi.” (HR Ahmad, al-Hakim dan al-Baihaqi)
BACA JUGA: Pakaian yang Paling Disenangi Nabi
Sikap santun itu perlu dibiasakan. Kapan pun dan kepada siapa pun. Menyayangi yang muda, menghargai sesama, dan menghormati yang tua.
Di sana ada kebaikan, pahala, dan keberkahan dalam kehidupan. Apalagi kepada mereka yang berilmu, yang dengan ilmunya kita tercerahkan untuk melakukan banyak kebaikan.
Berakrab-akrablah, saling memaafkan, dan mendoakan dalam kebaikan. Kesuksesan kita hari ini boleh jadi karena doa mereka yang selama ini kita remehkan, anggap kecil, dan tak ada apa-apanya.
La Ilaha Ila anta. Subhanaka Inni kuntum minadzalimin. []