PADA suatu ketika, kedatangan selesma atau flu menjadi pemicu diresepkannya antibiotik secara otomatis. Namun, antibiotik itu hanya efektif untuk melawan infeksi bakteri, bukan virus.
Akhirnya Centers for Disease Control and Prevention (CDC), American Medical Association, American Thoracic Society, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendorong para dokter dan pasien untuk membatasi penggunaan antibiotik dalam kasus infeksi saluran pernapasan karena sebagian besar infeksi tersebut disebabkan oleh virus.
Meskipun demikian, kadang-kadang infeksi saluran pernapasan atas dan bawah yang pada mulanya merupakan infeksi virus bisa diperberat oleh bakteri (merupakan infeksi sekunder pada jaringan yang rusak). Secara khusus hal ini terjadi tatkala infeksi menyebabkan sumbatan pada saluran drainase, seperti pada saluran yang menghubungkan mulut dengan telinga bagian tengah, atau saluran drainase lendir dari sinus di kepala saat selesma. Jika saluran-saluran ini tersumbat, lendir dapat menumpuk dan diinfeksi oleh bakteri.
BACA JUGA: Ini Tiga Jenis Obat yang Sebaiknya Tidak Diminum dengan Susu
Pada pasien yang secara umum sehat, saya akan meresepkan antibiotik bagi infeksi pernapasan yang sudah berlangsung antara delapan sampai 10 hari jika rasa nyeri timbul di daerah sinus, jika demam tidak turun dan malah naik, atau jika ada perubahan warna atau adanya noda darah pada lendir. Ketika saya melihat ada gangguan kesehatan yang lain, atau bila si pasien adalah anak kecil di bawah dua tahun, ambang penggunaan antibiotik tentu saja lebih rendah. Ini adalah kondisi yang perlu anda diskusikan dengan dokter.
Sampai saat ini ada empat kategori antibiotik ampuh untuk mengobati infeksi saluran pernapasan. Pilihannya tergantung pada jenis infeksi itu sendiri, apakah disaluran pernapasan bagian atas (tenggorokan dan hidung) atau melibatkan saluran pernapasan bagian bawah, yakni paru-paru. Selain itu, pilihan antibiotik biasanya tergantung pada bakteri mana yang mungkin menyebabkan infeksi, pertimbangan kesehatan yang lain, dan harga obat tersebut.
Kelompok pertama, yang termasuk antibiotik paling tua, disebut beta laktam. Bentuk paling awal dari kelompok ini adalah penisilin, yang saat ini masih digunakan secara luas. Penisilin disebut antibotik berspektrum sempit. Artinya, obat ini efektif melawan beberapa jenis organisme, khususnya bakteri gram-positif, seperti bakteri penyebab nyeri tenggorokan (strep throat) atau pneumonia pneumokokus.
Namun, setelah bertahun-tahun, kemampuan beta laktam untuk melawan infeksi telah meluas dan meliputi berbagai jenis bakteri lain. Meskipun demikian, bakteri rupanya belajar cara menyiasati beta laktam itu; suatu situasi yang disebut resistensi bakteri.
Akibatnya, para peneliti kini mengubah molekul asli beta laktam dam memberikan zat tambahan pada antibiotik sehingga sama efektifnya dengan beta laktam di masa lalu. Zat tambahan itu sendiri bukan antibiotik, tetapi dapat membantu penisilin dan beta laktam lain mempertahankan efektvitasnya dalam menghadapi bakteri yang kian cerdik.
Salah satu beta laktam yang diperkuat adalah Augmentin, yang mengombinasikan amoksisilin, yakni penisilin berspektrum luas, dengan asam klavulanat, yakni zat yang dapat mencegah bakteri menghancurkan penisilin. Obat ini sangat efektif dan sering diresepkan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran pernapasan bagian atas. A
ugmentin, seperti penisilin dan beta laktam lainnya, adalah bakterisida atau pembunuh bakteri. Obat ini dapat diberikan melalui suntikan atau secara oral (lewat mulut). Namun, untuk infeksi saluran pernapasan biasa, saya akan meresepkannya dalam bentuk kapsu atau sirop.
Secara umum, penisilin dapat diterima dengan baik. Akan tetapi, ada segelintir orang yang alergi terhadap penisilin, yang dapat memicu reaksi yang mengancam nyawa. Beberapa jenis beta laktam, khususnya yang berspektrum luas, dapat memicu gangguan pencernaan, seperti mual dan diare, tetapi umumnya ini hanyalah efek samping ringan yang tidak harus membuat anda berhenti minum obat tersebut.
Kelompok antibiotik kedua, yang erat hubungannya dengan penisilin, adalah sefalosporin. Zat aslinya mirip dengan penisilin. Contoh sefalosporin adalah Ceftin, Ceclor, dan Rocephin. Setiap generasi sefalosporin dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Secara umum, generasi sefalosporin yang lebih baru digunakan untuk penyakit serius yang sering kali membahayakan jiwa, dan tidak akan digunakan untuk mengobati semua jenis bakteri yang ditemukan dalam saluran pernapasan bagian bawah.
Beberapa di antaranya diberikan melalui suntikan atau infus (intravena) bagi pasien rawat inap di rumah sakit, sedangkan sebagian lainnya dapat diberikan lewat mulut. Keunggulan sefalosporin dibandingkan penisilin adalah lebih sedikitnya reaksi alergi yang ditimbulkannya. Akan tetapi, jika seseorang sudah jelas sensitif terhadap penisilin, mungkin minum sefalosporin bukanlah ide bagus karena kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktit (hipersensitivitas) yang serius.
BACA JUGA: Terserang Batuk Pilek, Ini yang harus Dilakukan
Kelompok antibiotik ketiga, yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan adalah makrolida. Senyawa induk yang melahirkan seluruh keluarga makrolida adalah eritromisin. Versi yang lebih baru dari mikrolida diantaranya adalah Biaxin dan Zithromax. Kedua zat ini tak berkaitan dengan penisilin, jadi secara umum tidak berpotensi menimbulkan reaksi silang terkait alergi. Zat ini dapat diterima dengan baik, walaupun dilaporkan memiliki efek samping yakni gangguan pencernaan ringan.
Obat dapat diberikan secara intravena (dalam pembuluh darah) atau intramuskular (dalam otot), tetapi pada umumnya dapat diberikan secara oral. Zat yang lebih baru, seperti Biaxin XL dan Zithromax, punya kelebihan lain, yaitu dapat dikonsumsi sekali sehari.
Tidak seperti antibiotik beta laktam, yang membunuh bakteri dengan mencegah bakteri membentuk dinding sel, makrolida menghentikan pembentukan protein oleh bakteri, yang memperlambat kerjanya, sehingga sistem pertahanan alami tubuh manusia dapat mengendalikan si bakteri.
Oleh karena itu, secara umum makrolida dianggap sebagai bakteriostatik (penghambat pertumbuhan bakteri), bukan bakterisida (pembunuh bakteri). Makrolida bersifat fleksibel dan sering digunakan untuk mengobati infeksi bakteri saluran pernapasan, seperti bronkitis.
BACA JUGA: Biji Hitam Ini Merupakan Obat dari Berbagai Penyakit
Kelas antibiotik keempat, yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan adalah Kuinolon. Obat ini pada awalnya digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, tetapi telah dilakukan serangkaian modifikasi yang menghasilkan berbagai generasi obat baru – yang terbaru sangat efektif untuk melawan bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan.
Obat ini dapat diberikan melalui mulut atau suntikan. Beberapa contoh yang sering ditemukan adalah Levaquin, Tequin, dan Avelox. Obat ini diresepkan untuk tenggorokan (bila ada alergi penisilin), bronkitis, pneumonia dan sinusitis. []
Referensi : Neil Schachter, M.D., Panduan Bijak Mengatasi Flu dan Selesma