ABU Aqil al-Unaifi adalah salah seorang sahabat Anshar. Pada perang Yamamah, perang melawan pemberontakan nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab, Abu Aqil yang pertama kali cedera terkena panah. Panah tersebut menancap antara bahu dan ulu hatinya tetapi agak melenceng sehingga tidak mematikan. Ketika dicabut, darah mengucur deras dan tubuhnya jadi lemah. Ia pun diistirahatkan di dalam kemah.
Pertempuran makin sengit, dan pasukan muslim makin terdesak dan tercerai-berai. Ia mendengar Ma’n bin Adi berteriak menyeru orang-orang Anshar, “Allah! Allah! Kembalilah kalian menyerang musuh-musuh kalian!”
BACA JUGA: Munajat Rasulullah di Perang Badar
Kemudian terdengar seruan lagi agar orang-orang Anshar berkumpul dan memilih orang-orang istimewa untuk memimpin. Abu Aqil bangkit untuk memenuhi seruan tersebut. Hal ini diketahui oleh Abdullah bin Umar, dan berkata, “Seruan tersebut tidak ditujukan untuk orang-orang yang terluka.”
Tetapi Abu Aqil berkata, “Aku adalah lelaki Anshar, dan aku akan menyambut seruan itu walau harus merangkak!”
Abu Aqil mengeratkan tali sabuknya dan bergerak tertatih-tatih ke tempat orang-orang Anshar berkumpul. Dalam suatu kesempatan, ia mengangkat pedang dengan tangan kanannya, kemudian ia berkata, “Wahai orang-orang Anshar, bergeraklah menyerang sebagaimana di perang Hunain!”
Memang, dalam Perang Hunain pasukan muslim yang jumlahnya lebih banyak porak-poranda. Sebagian dari mereka memang baru memeluk Islam saat Fathul Makkah yang baru beberapa hari berlalu. Sebagian anggota pasukan lagi, mereka yang masih memeluk agama jahiliahnya. Saat itu keadaan Nabi shalallahu’alaihi wa sallam cukup berbahaya karena hanya bersama beberapa orang saja. Tiba-tiba Nabi shalallahu’alaihi wa sallam berseru, “Wahai orang-orang Anshar!”
Para sahabat Anshar segera berkumpul di sekitar Nabi shalallahu’alaihi wa sallam, dan mereka mulai menyerang lagi, tentunya dengan didukung sahabat muhajirin terdahulu, dan akhirnya bisa membalikkan keadaan dan memperoleh kemenangan.
Seruan Abu Aqil seolah mengantar ingatan mereka saat bersama Nabi shalallahu’alaihi wa sallam di Perang Hunain, dan semangat mereka kembali bergelora untuk bertahan dan menyerang pasukan Musailamah. Akan halnya Abu Aqil, walau keadaannya sangat lemah, ia tidak mau tertinggal untuk menghadang serangan musuh, sampai akhirnya ia jatuh terkapar tak berdaya.
Ketika pasukan musuh telah dilumpuhkan dan Musailamah terbunuh, Abdullah bin Umar melihat Abu Aqil terlentang di tanah dengan nafas satu-satu. Tangannya yang tadinya cedera terkena panah telah putus dari bahunya, terdapat empat belas luka tusukan pada tempat-tempat yang mematikan. Ibnu Umar memanggil namanya.
“Labbaik,” Kata Abu Aqil dengan suara cadel karena lemahnya, “Siapa yang memperoleh kemenangan?”
BACA JUGA: Nama-Nama Kaum Musyrikin yang Tewas di Perang Badar
“Bergembiralah engkau!,” Kata Ibnu Umar, “Musuh Allah telah terbunuh!!”
Abu Aqil mengangkat jarinya ke langit dan memuji Allah, kemudian wafat.
Ketika Ibnu Umar menceritakan peristiwa ini kepada ayahnya, Umar berkata, “Semoga Allah merahmatinya. Tak putus-putusnya ia memohon dan mencari-cari kesyahidan. Sejauh yang aku ketahui, ia adalah sahabat Nabi shalallahu’alaihi wa sallam yang terbaik dan termasuk orang yang pertama-tama memeluk Islam (dari kalangan Anshar).”
Sumber: Kisah 25 Sahabat Nabi & Rasul Dilengkapi Kisah Sahabat Tabi’in dan Hikmah Rasulullah/ Kajian Islam 2