ZAID bin Khatthab adalah adik dari Umar. Ia memeluk Islam terlebih dahulu daripada kakaknya tersebut. Pada perang Uhud, ia tidak memakai baju besi, maka Umar melepas baju besinya dan berkata, “Pakailah baju besiku ini, saudaraku!”
“Aku juga ingin syahid seperti yang engkau kehendaki,” kata Zaid dan menolak untuk memakainya.
BACA JUGA: Belajar dari Sikap Tawadhunya Umar bin Khattab
Akhirnya mereka berdua terjun di pertempuran tanpa memakai baju besi.
Dalam pertempuran Yamamah melawan pasukan murtad yang dipimpin nabi palsu Musailamah al Kadzdzab pasukan muslim sempat mengalami kekalahan. Pasukan pertama yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal telah kalah, pasukan kedua juga sempat kocar-kacir, kemudian Khalid bin Walid merubah strategi dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan golongannya.
Untuk membangkitkan semangat orang-orang Muhajirin, Zaid bin Khaththab berkata, “Wahai manusia, demi Allah aku tidak akan berkata-kata lagi setelah perkataanku ini, hingga Musailamah dimusnahkan, dan ia akan dikalahkan dengan hujahku ini.”
Zaid sendiri diserahi panji dari golongan kaum Muhajirin. Ia mengikatkan panji pada tubuhnya kemudian berperang dengan pedangnya dengan perkasanya. Sasaran utamanya adalah Musailamah, tetapi dia disembunyikan dan dilindungi dengan ketat oleh pasukannya. Zaid sempat bertemu Rajjal, salah satu orang kepercayaan Musailamah, dan ia berhasil membunuhnya.
BACA JUGA: Khalifah Umar dan Gadis Jujur yang Tidak Mau Curang
Kematian Rajjal menurunkan semangat pasukan Musailamah, sebaliknya memberi dorongan semangat lebih kepada pasukan muslim. Setelah bertempur beberapa lamanya, Zaid menemui syahidnya dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.
Panji tersebut akhirnya diambil oleh Salim, bekas budak (maula) Abu Hudzaifah, sesuai dengan perintah Khalid bin Walid sebagai pimpinan pasukan muslim.[]
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar