SUATU hari, As’ad bin Zurarah keluar bersama Mush’ab bin Umair menuju rumah Bani Abdul Asyhal dan rumah Bani Zhafar. Sa’ad bin Muadz bin An-Nu’man bin Umru’ul Qais bin Zaid bin Abdul Asyhal adalah anak bibi As’ad bin Zurarah, kemudian As’ad bin Zurarah bersama Mush’ab bin Umair masuk ke salah satu kebun milik Bani Zhafar.
Kebun ini letaknya berada di Sumur Maraq. Kemudian As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair berkumpul dengan orang Madinah yang telah masuk Islam di sana.
Sa’ad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair adalah pemimpin di tengah kaumnya Bani Abdul Asyhal ia masih musyrik kaumnya kala itu. Ketika keduanya mendengar kedatangan Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Muadz berkata kepada Usaid bin Hudhair, “Pergilah kepada dua orang yang datang ke komplek kita untuk menipu orang-orang yang lemah di antara kita. Hadang keduanya dari memasuki komplek kita. Andai saja As’ad bin Zurarah warga kita, maka cukuplah aku saja yang menangani masalah ini, Dia sepupuku dan aku tidak memiliki keberanian yang cukup untuk berhadapan dengannya.”
BACA JUGA: 6 Fungsi Pendidikan Islami untuk Anak
Usaid bin Hudhair kemudian pergi kepada As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair dengan membawa tombak Tatkala As’ad bin Zurarah melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, ia berkata kepada Mush’ab bin Umair, “Dia adalah pemimpin kaumnya, dia datang kepadamu, maka hadapilah ia dengan tegar!”
Mush’ab bin Umair berkata, “Bila ia duduk, aku akan berbicara dengannya.”
Usaid bin Hudhair berdiri di depan As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair dengan wajah memerah. Ia berkata, “Kedatangan kalian berdua ke sini hanya membuat bodoh orang-orang yang lemah di antara kami. Enyahlah kalian berdua dari sini, jika kalian berdua masih ingin hidup.”
Mush’ab bin Umair berkata kepada Usaid bin Hudhair, “Mengapa engkau tidak duduk dulu untuk mendengar penjelasanku. Bila engkau suka, kau terima dan jika tidak apa susahnya bagimu untuk menolaknya.”
Usaid bin Hudhair berkata, “Engkau berkata benar.”
Usaid bin Hudhair lalu meletakkan tombaknya di atas tanah dan duduk bersama As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair. Lalu Mush’ab bin Umair menerangkan tentang Islam kepada Usaid bin Hudhair dan membacakan Al-Qur’an kepadanya.
As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin Umair berkata, “Demi Allah, kami melihat hidayah pada wajah Usaid bin Hudhair sebelum ia bicara. Wajahnya bersinar dan ia tampak demikian ramah.”
Usaid bin Hudhair berkata, “Sungguh cantik dan eloknya perkataan ini. Apa yang kalian lakukan jika kalian ingin memeluk agama ini?”
Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah berkata kepada Usaid bin Hudhair, “Mandi, wudhu, sucikan pakaianmu, lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalat.”
Usaid bin Hudhair pun berdiri untuk mandi, berwudhu, mensucikan pakaiannya, mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalat dua rakaat.
Setelah itu Usaid bin Hudhair berkata kepada Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah, “Sesungguhnya di belakangku ada seorang lelaki dimana jika dia mengikuti kalian berdua pasti tidak ada seorang pun dari kaumnya yang tidak mau mengikuti agama kalian berdua. Sekarang juga aku akan kirim Sa’ad bin Muadz kepada kalian berdua.”
Selesai mengatakan itu, Usaid bin Hudhair mengambil tombaknya, kemudian pergi menemui Sa’ad bin Muadz dan kaumnya yang saat itu sedang duduk di ruang auditorium mereka.
Melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, Sa’ad bin Muadz berkata, “Demi tuhan, wajah Usaid bin Hudhair kini berbeda dengan wajahnya yang tadi.”
Ketika Usaid bin Hudhair tiba di ruang auditorium tersebut, Sa’ad bin Muadz berkata, “Apa yang telah terjadi?”
Usaid bin Hudhair berkata, “Aku telah mendebat kedua orang itu. Demi Allah, keduanya tidak membahayakan siapa-siapa dan tidak melawan.”
Keduanya berkata, “Kami lakukan apa yang engkau sukai. Aku mendengar bahwa Bani Haritsah memburu As’ad bin Zurarah untuk dibunuh. Mereka mengetahui bahwa As’ad bin Zurarah adalah sepupuku. Oleh karena itu, mereka ingin membatalkan perjanjian denganmu.”
Maka berdirilah Sa’ad bin Muadz sambil menahan marah dan karena tindakan Bani Haritsah seperti diceritakan Usaid bin Hudhair. Kemudian ia merebut tombak dari tangan Usaid bin Hudhair sambil berkata, “Demi Allah, aku melihatmu tidak melakukan apa-apa.”
Usai mengatakan itu, Sa’ad bin Muadz langsung bergegas menuju Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah. Sampai disana Sa’ad bin Muadz malah melihat keduanya tenang-tenang saja, ia sadar bahwa Usaid bin Hudhair menginginkan dirinya mendengar secara langsung perkataan Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah daripada hanya sekedar mendengar gosip tentang mereka selama ini.
Sa’ad bin Muadz berdiri di depan keduanya dengan penuh kemarahan. Sa’ad bin Muadz berkata Kepada Asad bin Zurarah, “Hai Abu Umamah, demi Allah, kalau saja kau bukan sepupuku pasti akan kuhajar engkau. Kenapa engkau membawa sesuatu yang di benci ke dalam kelompok tempat tinggal kita?”
Sebelum itu, As’ad bin Zurarah telah berkata kepada Mush’ab bin Umair, “Wahai Mush’ab, demi Allah, orang ini mempunyai pengikut yang banyak di belakangnya. Apabila ia mengikutimu, maka tidak akan tersisa satu orangpun dari kaumnya kecuali dia pasti mengikutinya.”
Mush’ab bin Umair berkata kepada Sa’ad bin Muadz, “Mengapa engkau tidak duduk, lalu mendengar penjelasanku. Bila engkau suka, kau terima dan jika tidak tidak usah kau hiraukan.
Sa’ad bin Muadz berkata, “Itu benar.”
Sa’ad bin Muadz meletakkan tombaknya ke tanah, lalu ia duduk. Kemudian Mush’ab bin Umair menerangkan Islam kepadanya dan membacakan Al-Our’an kepadanya.
Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah berkata, “Demi Allah kami lihat hidayah di wajahnya sebelum ia berbicara, karena wajahnya terlihat bercahaya dan tampak ramah.”
Sa’ad bin Muadz berkata, “Apa yang kalian lakukan jika kalian ingin memeluk Islam?”
Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah menjawab, ” Engkau harus mandi, membersihkan diri (wudhu), mensucikan pakaianmu, mengucap- kan dua kalimat syahadat lalu shalat.”
Kemudian Sa’ad bin Muadz berdiri, lalu mandi, berwudhu, mensucikan bajunya, mengucapkan dua kalimat syahadat dan shalat dua rakaat. Usai mehjalankan itu semua, ia mengambil tombaknya, kemudian pergi menuju auditorium tempat berkumpul kaumnya dengan ditemani Usaid bin Hudhair.
Ketika kaumnya melihat kedatangan Sa’ad bin Muadz, mereka berkata, “Demi Allah wajah Sa’ad bin Muadz telah berubah.”
Ketika Sa’ad bin Muadz telah tiba di tempat kaumnya ia berkata kepada mereka, “Wahai Bani Abdul Asyhal, apa kalian tahu posisiku di tengah kalian saat ini?”
BACA JUGA: Allah Meninggikan Kekuasaan Islam di Muka Bumi
Mereka menjawab, “Ya, engkau adalah pemimpin kami, orang yang paling suka menjalin tali silaturahim, orang yang paling benar pendapatnya dan orang yang paling baik pertimbangannya.”
Sa’ad bin Muadz berkata, “Sesungguhnya aku tidak akan bisa memimpin kalian lagi sampai kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Keduanya berkata, “Demi Allah, pada saat itu juga, semua laki-laki dan perempuan masuk Islam dengan segera.”
As’ad bin Zurarah dan bin Mush’ab bin Umair pun pulang ke rumah As’ad bin Zurarah. Mush’ab bin Umair menetap di rumah As’ad bin Zurarah untuk menyeru Bani Abdul Asyhal kepada Islam hingga mereka semua memeluk Islam, namun saat itu ada beberapa perkampungan yang belum memeluk Islam, yaitu Bani Umayyah bin Zaid, Khathamah, Wail dan Waqif. Warga kampung-kampung tersebut berasal dari Ausullah, sedang mereka yang masuk Islam berasal dari Al-Aus bin Haritsah.
Sebab tidak masuknya mereka ke dalam Islam adalah karena segan dengan Abu Qais Al-Aslat. Ia seorang penyair sekaligus pemimpin mereka. Mereka semua sangat patuh dengan Abu Qais bin Al-Aslat. []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media