KITA tentu tahu, kebiasaan berbohong atau menipu merupakan sikap yang tidak terpuji dan bisa merugikan orang lain. Sebagai seorang muslim, kita harus percaya dan yakin bahwa kebiasaan berbohong atau menipu termasuk ke dalam perbuatan dosa. Ada sebuah kisah yang menjelaskan apa dampak buruk dari menipu. Tak tanggung-tanggung, orang yang sengaja menipu tidak diakui Rasulullah ﷺ sebagai umatnya.
Dikisahkan suatu hari, ketika Rasulullah ﷺ sedang berjalan di pasar dan ditemani oleh beberapa orang sahabat. Kemudian beliau melihat seorang laki-laki yang sedang menjual makanan.
Lantas, Rasulullah datang menghampiri laki-laki si penjual makan tersebut, dan meletakkan tangannya di dalam makanan yang dijualnya. Beliau kaget karena makanan tersebut basah dan hampir busuk.
BACA JUGA: Penyakit yang Timbul Akibat Suka Berbohong
Ternyata si penjual makan tersebut meletakkan makanan yang paling bagus di atas makanan yang telah busuk, sehingga tidak ada orang yang dapat melihatnya. Dengan perbuatannya tersebut, berarti ia telah menipu manusia.
Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya kepada si penjual makanan tersebut:
“Wahai penjual makan, apa ini?” tanya Rasulullah ﷺ sambil menunjuk ke arah makanan yang basah.
“Wahai Rasulullah, tadi turun hujan sehingga membuat makanan ini menjadi basah,” jawab si penjual makanakan, mengelak.
Tetapi Rasulullah ﷺ menyela si penjual makanan dengan ucapan, “Bukankah kamu memang telah sengaja meletakkan makanan yang basah ini dibawa makanan yang bagus, sehingga tidak ada orang yang melihatnya?”
“Barangsiapa yang menipu kami, berarti bukan termasuk golongan kami.” tegas Rasulullah ﷺ.
Tanda-tanda Orang Berbohong
Sebenarnya, orang yang mempunyai kebiasaan berbohong bisa dikenali. Menurut para ahli, secara tidak sadar, seseorang yang berbohong dapat diketahui melalui ekspresi pada wajahnya. Ekspresi tersebut digerakkan oleh otot-otot yang berada di sekitar alis, dahi, dan bibir. Ketika kebiasaan berbohong bersifat sesuatu yang emosional, maka tanda-tanda tersebut akan makin jelas.
Mengutip Alodokter, studi yang dilakukan kemudian membandingkan ekspresi pada wajah antara orang yang memiliki kebiasaan berbohong dan orang denan kebiasaan berkata jujur.
Saat berkata jujur, maka lebih banyak kontraksi otot di sekitar mata dan mulut. Sementara itu, pembohong tampak lebih banyak mengalami kontraksi otot di sekitar dahi dan pipi. Dahi yang tampak jelas berkerut saat seseorang berbicara, merupakan salah satu tanda kejujurannya dipertanyakan.
Sering Berbohong Dapat Mengganggu Kesehatan
Ternyata kebiasaan berbohong tidak hanya memiliki dampak sosial, namun juga memengaruhi kondisi kesehatan. Peneliti menghubungkan, kebiasaan berbohong dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, dan juga risiko kanker serta obesitas. Selain itu, kebiasaan berbohong juga dapat menurunkan kualitas hubungan interpersonal dan kepuasan kerja.
Hal ini disebabkan meningkatnya stres pada seseorang saat melakukan kebohongan. Si pelaku harus menanggung beban emosional dan fisik yang dirasakan akibat dia berbohong. Dan kita tahu, pada dasarnya, kebohongan yang satu sering kali harus diikuti dengan kebohongan yang lainnya.
Sebuah studi lain menjelaskan bahwa seseorang yang berusaha berkata jujur, memiliki hubungan yang lebih baik dan makin sedikit mengalami gangguan kesehatan. Baiknya dalam hubungan ternyata langsung berpengaruh terhadap meningkatnya kondisi kesehatan seseorang.
Kebiasaan berbohong bagi orangtua juga sangat berbahaya. Menurut penelitian, anak bisa meniru sikap pembohong yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketika anak mendengar orangtua berbohong, maka ia akan menganggap hal itu diperbolehkan. Oleh karena itu, jangan sampai berbohong menjadi kebiasaan dalam keseharian.
BACA JUGA: Cermin Tak Pernah Berbohong
Jujur terkadang pahit. Kejujuran juga tidak selalu menyenangkan. Namun yang harus diingat bahwa kebiasaan berbohong justru lebih menyakitkan ketika hal itu terungkap. Sampaikanlah kebenaran walaupun sulit. Namun sambil mengupayakan jalan keluar. Sedapat mungkin hindari kebiasaan berbohong untuk kondisi kesehatan dan hubungan sosial yang lebih baik.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan, hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong.”
“Dan hendaklah kalian jujur, sebab jujur menggiring kepada kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga. Dan sungguh, jika seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai orang yang jujur.” (HR Abu Dawud). []