ABDULLAH bin Majah berkata dalam bab Al-Fitan dalam Sunan-nya; Mahmud bin Khalid Ad-Dimasyqi bercerita kepada kami, Sulaiman bin Abdurrahman Abu Ayyub bercerita kepada kami, dari Ibnu Abi Malik, dari ayahnya, dari Atha’ bin Abu Rabbah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata; Rasulullah menghadap ke arah kami lalu bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطَّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ
وَالأَرْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُن مَضَتْ في أَسْلَابِهِمُ الَّذِينَ مَضوا، وَلَمْ يَنْقُصُوا المكيال والميزان إلا أخدوا بالسنين وشدة الْمُؤْتَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إلا منعوا القطر مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهد الله وعهد رسوله إلا سلط اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا ممَّا أَنزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمُ
“Wahai golongan Muhajirin, lima perkata apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga katian tidak mengalaminya. Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah (4019)
Hanya Ibnu Majah yang meriwayatkan hadits ini, dan di dalam hadits ini terdapat sesuatu yang ganjil. At-Tirmidzi menuturkan. Shalih bin Abdullah bercerita kepada kami, Faraj bin Fadhalah Asy-Syami bercerita kepada kami, dari Yahya bin Sa’id, dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abi Thalib,
BACA JUGA: Bulan Terbelah di Akhir Zaman
Rasulullah bersabda, “Apabila umatku melakukan lima belas perkara, mereka akan tertimpa petaka.”
Beliau ditanya, “Apa saja wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, “Apabila kekayaan menyebar secara bergantian, amanat dianggap sebagai keuntungan, zakat dianggap sebagai kerugian, seorang suami tunduk kepada istrinya, durhaka kepada ibunya, akrab dengan sahabatnya, menjauh dari bapaknya, suara-suara dikeraskan di masjid-masjid, suatu kaum dipimpin orang yang paling hina di antara mereka seseorang dimuliakan karena dikhawatirkan keburukannya; khamer diminum; sutra dikenakan; biduan-biduan dan alat-alat musik digunakan, dan (generasi) terakhir umat ini melaknat (generasi) pertamanya, maka saat itu tunggulah angin merah yang kencang, longsor, atau perubahan wujud.” (HR. At-Tirmidzi (IV/2210)
Setelah itu Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib, kami hanya mengetahui hadits ini dari Ali melalui jalur riwayat ini. Kami tidak mengetahui seorang pun meriwayatkan hadits ini dari Yahya bin Sa’id Al-Anshari, dari Abu Faraj bin Fadhalah. Sebagian ahlul ilmi mempermasalahkan hafalan Abu Faraj bin Fadhalah. Waki’ dan imam lain meriwayatkan hadits darinya.”
Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar menuturkan, Muhammad bin Hasan Al-Qaisi bercerita kepada kami, Yunus bin Arqam bercerita kepada kami, Ibrahim bin Abdullah bin Hasan bin Hasan bercerita kepada kami, dari Zaid bin Ali bin Husain, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah mengimami shalat Shubuh. Seusai shalat. seseorang memanggil beliau seraya bertanya, ‘Kapankah Kiamat terjadi?” Rasulullah menghardik dan membentaknya, lalu berkata, ‘Diamlah!”
Setelah langit cerah, beliau menengadahkan pandangan ke langit lalu berkata, ‘Mahasuci Zat yang meninggikan dan mengaturnya. Setelah itu beliau menatap ke bumi lalu berkata, ‘Mahasuci Zat yang membentangkan dan menciptakannya. Setelah itu bertanya, ‘Mana si penanya tentang Kiamat tadi? Orang tersebut duduk berlutut lalu berkata, ‘Aku, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Aku yang tadi bertanya padamu.’
Beliau bersabda, “Kiamat terjadi ketika para pemimpin berlaku semena-mena, perbintangan dipercaya, takdir didustakan, amanat dianggap kruntungan, sedekah dianggap kerugian, dan perzinaan kian menjalar. Saat Itulah kaummu binasa.” (Disebutkan Al Halsami dalam Maynu Az-Zawa (V/128) 26 HR. At-Tirmidzi (UV/22111)
Setelah itu Al-Bazzar berkata, “Kami hanya mengetahui hadits ini melalui jalur riwayat ini. Yunus bin Arqam perawi yang jujur. Sejumlah orang meriwayatkan hadits darinya. Ia memiliki kriteria perawi tsiqah yang kuat.”
Kemudian Tirmidzi menuturkan, Ali bin Muhammad bercerita kepada kami, Muhammad bin Yazid bercerita kepada kami, dari Muslim bin Sa’id. dari Rumaih Al-Haddzami, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Apabila kekayaan dan amanat dianggap sebagai keuntungan, zakat sebagai kerugian, yang dipelajari selain agama, seorang suami tunduk kepada istrinya, durhaka kepada ibunya, akrab dengan sahabatnya, menjauh dari bapaknya, suara suara mengeras di masjid masjid, pemimpin suatu kabilah adalah orang yang fasik di antara mereka, pemimpin suatu kaum adalah orang yang paling hina di antara mereka, seseorang dihormati karena dikhawatirkan kejahatannya, bermunculannya para wanita penyanyi dan alat-alat musik, meminum khamer, dan (generasi) terakhir umat ini melaknat (generasi) pertamanya, maka saat itu tunggulah datangnya angin merah yang kencang, longsor, perubahan wujud, lemparan (batu-batu dari langit), dan tanda-tanda (kiamat) yang berdatangan silih berganti laksana rangkaian (mutiara) yang sudah usang yang terputus benangnya, sehingga (mutiara-mutiara berjatuhan) secara silih berganti. (HR At-Tirimidzi (IV/2211).
Setelah itu Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib. Kami hanya mengetahuinya melalui jalur riwayat ini.”
Tirmidzi menuturkan, Ubbad bin Ya’qub Al-Kufi bercerita kepada kami, Abdullah bin Abdul Qais bercerita kepada kami, dari A’masy, dari Hilal bin Yassaf, dari Umran bin Hushain, Rasulullah bersabda, “Di tengah-tengah umat ini akan terjadi longsor dan perubahan wujud.” Seseorang di antara kaum muslimin lantas bertanya, “Kapan itu terjadi, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, “Ketika bermunculan biduan-biduan dan alat-alat musik, serta khamer-khamer diminum.” (HR. At-Tirmidzi (IV/2212)
Setelah itu Tirmidzi berkata, “Hadits ini gharib. Hadits ini diriwayatkan dari A’masy, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Nabi secara mursal.”
Tirmidzi menuturkan, Musa bin Abdurrahman Al-Kindi bercerita kepada kami, Zaid bin Habbab bercerita kepada kami, Musa bin Ubaidah mengabarkan kepadaku, Abdullah bin Dinar mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:
إِذَا مَشَتْ أُمَّتِي الْمَطَيْطَى وَجَرَفَهَا أَبْنَاءُ الْمُلُوكِ فَارِسَ وَالرُّومِ سَلَّطَ اللَّهُ شِرَارُهَا عَلَى خِيَارِهَا
“Apabila umatku berjalan dengan sombong, dan yang melayani mereka adalah anak-anak para raja Persia dan Romawi, maka Allah menguasakan orang-orang yang buruk terhadap orang-orang yang baik di antara mereka.” (HR. At-Tirmidzi (IV/2211)
Hadits ini gharib. Hadits ini diriwayatkan Abu Muawiyah dari Yahya bin Sa’id Al-Anshari, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, lalu menyebutkan hadits di atas. Kami tidak mengetahui asal hadits ini.
Disebutkan dalam kitab Ash-Shahihain dan Sunan An-Nasa’i, lafal hadits milik An-Nasa’i, dari jalur Abdullah bin Thawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda, “Kita adalah orang-orang terakhir (masanya) dan orang-orang pertama (yang dibangkitkan) pada hari Kiamat. Kita adalah orang-orang yang pertama masuk surga.”
Disebutkan dalam Shahih Muslim, dari jalur Jarir, dari A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi, “Kita adalah orang-orang terakhir (masanya) dan orang-orang pertama (yang dibangkitkan) pada hari Kiamat. (Kita adalah) orang-orang yang pertama masuk surga.” (Muslim (It/kitab, jum’at, hadits nomor 20)
Al-Hafizh Adh-Dhiya’ meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Muhammad bin Uqail, dari Az-Zuhri, dari Sa’id bin Musayyib, dari Umar bin Khattab, dari Rasulullah, beliau bersabda, “Sungguh, surga diharamkan bagi seluruh nabi, hingga aku memasukinya. Surga diharamkan bagi seluruh umat, hingga umatku memasukinya.”
Disebutkan dalam Sunan Abu Dawud, dari hadits Abu Khalid Ad-Dallani, maula Ja’dah, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda, “Jibril datang kepadaku lalu memperlihatkan pintu surga yang darinya umatku masuk.”
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah! Andai saja aku bersamamu agar aku melihatnya.”
Rasulullah bersabda. “Adapun kamu, wahai Abu Bakar, kamu adalah orang pertama yang masuk surga dari umatku.” (Abu Dawud (IV/4652)
Disebutkan dalam kitab Ash-Shahih, “Allah kemudian berfirman, ‘Masukkanlah orang-orang yang tidak dihisab di antara umatku melalui pintu kanan. Mereka juga menyertai orang-orang lain pada pintu-pintu (surga) lainnya’.” (HR Al-Bukhari (VIII/4712), Muslim /kitab; iman, hadits nomor 327), At-Tirmidzi (IV/2434), Ahmad (01/436)
BACA JUGA: Di Akhir Zaman, Gunung-gunung Lenyap dari Tempatnya!
Disebutkan dalam kitab Ash-Shahihain dari hadits Az-Zuhri, dari Hamid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menginfakkan dua benda yang berpasangan di antara hartanya di jalan Allah, ia dipanggil melalui pintu-pintu surga, dan surga memiliki banyak pintu. Barangsiapa termasuk ahli shalat, ia dipanggil melalui pintu shalat. Barangsiapa termasuk ahli sedekah, ia dipanggil melalui pintu sedekah. Barangsiapa ahli jihad, ia dipanggil melalui pintu jihad. Barangsiapa ahli puasa, ia dipanggil melalui pintu Ar-Rayyan.”
Abu Bakar kemudian berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah! Tidak penting bagi seseorang untuk dipanggil melalui pintu yang mana. Lantas apakah ada seseorang yang dipanggil melalui semua pintu surga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, dan aku berharap kau termasuk di antara mereka.” (HR. Al-Bukhari (IV/1897), Muslim (II/kitab, zakat, hadits nomor 85), An-Nasa’i (V/9), Al-Muwaththa (II. kitab, jihad, hadits nomor 49).
Disebutkan dalam kitab Ash-Shahihain, dari hadits Abu Hazim, dari Sahal bin Sa’ad, Rasulullah bersabda, “Di surga ada delapan pintu; di antaranya ada pintu bernama Ar-Rayyan. Tidak ada yang memasukinya selain para ahli puasa. Setelah semua ahli puasa masuk surga melalui pintu itu, pintu ditutup sehingga tak seorang pun selain mereka memasuki surga melaluinya. ” (Muttafaq alaih. Baca; Al-Bukhari (VI/3257), Shahih Muslim (II, kitab; puasa, hadits nomor 166). 34 HR. At-Tirmidzi (IV/2353, 2354), Ibnu Majah (II/4122) []
SUMBER: HUMAYRO