HAFSHAH begitu sedih. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. la tak menyangka, suaminya tercinta akan marah sedemikian rupa karena perbuatannya.
Begitupun dengan ayahandanya yaitu Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mendatangi putrinya itu dengan wajah tegang. “Tidakkah engkau takut dengan kemarahan Allah dan Rasul-Nya, hai Hafshah? Jangan engkau iri pada kecantikan wanita lain atau wanita yang dicintai Rasulullah. Jika sampai Rasulullah menalakmu sekali lagi, aku tidak akan bicara denganmu selamanya,”ancam Umar.
BACA JUGA: Ketika Malik bin Sinan Meminum Darah Nabi
Kemarahan Rasulullah bermula dari kecemburuan Hafshah terhadap seorang budak wanita bernama Mariyah al-Qibtiyah. la menangis histeris saat mendapati Rasulullah tengah bersama wanita itu di rumahnya, saat ia tidak berada di dalam rumah. Tangis dan amarahnya tak juga berhenti meski Rasulullah telah membujuknya untuk tenang.
“Wahai Hafshah, jangan ceritakan peristiwa ini pada siapa pun,” kata Rasulullah.
Sayang, kecemburuan tengah menguasai diri Hafsah. Sehingga membuat Hafshah tak tahan untuk tidak menceritakan peristiwa itu kepada Aisyah. Ketenteraman rumah tangga Rasulullah terganggu karena Aisyah pun menjadi cemburu dan marah.
Untuk meredam kecemburuan mereka, Rasulullah mengharamkan dirinya atas diri Mariyah. Bersama Abu Rafi’, Rasulullah kemudian menjauhi istri-istrinya. Bahkan beredar isu jika beliau hendak menceraikan semua istrinya.
Bagi Umar, menjadi mertua Rasulullah adalah anugerah mulia. Sebelumnya, saat Hafshah menjanda karena suaminya syahid, ia begitu sedih. Umar mendatangi ‘Utsman bin ‘Affan agar menikahi putrinya. Namun Utsman menolak, “Maaf, saat ini aku belum ingin menikah lagi,” jawab ‘Utsman yang masih berkabung atas kematian Ruqayyah.
Umar lantas mendatangi Abu Bakar dan memintanya menikahi Hafshah. Namun Abu Bakar diam tanpa jawaban. Umar begitu sedih lantaran lamarannya tertolak. la pun mendatangi Rasulullah dan menceritakan beban hatinya. Rasulullah menjawabnya sembari tersenyum. “Hafshah akan mendapatkan yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman, dan `Utsman akan mendapatkan istri yang lebih baik daripada Hafshah.” Ternyata, maksud ucapan itu adalah Rasulullah sendiri yang hendak memperistri Hafshah. Umar pun menerimanya dengan suka cita. Karenanya, hatinya sangat gundah manakala tindakan Hafshah menyebabkan kemarahan sang menantu, bahkan hampir menceraikannya.
Umar bin Khaththab yang bersedih hati menyusul Rasulullah yang sedang berkhalwat. la begitu iba melihat keadaan menantunya yang menyedihkan. Sungguh, bukan perkara ringan pula bagi Rasulullah untuk menjauhi keluarga yang beliau cintai. Umar menangis dan meminta maaf atas kesalahan putrinya. Dari pertemuan itu, Umar mendapatkan kepastian jika Rasulullah tidak akan menceraikan istri-istrinya. Beliau hanya menjauhi mereka selama sebulan untuk memberi mereka pelajaran. Kepergian Rasulullah lantaran mengharamkan dirinya atas Mariyah menjadi asbabun nuzul surat at-Tahrim ayat 1,
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
BACA JUGA: Sahabat Ini Tak Mau Mencukur Rambutnya setelah Diusap Nabi
Sedangkan teguran Allah untuk Hafshah turun lewat surat at-Tahrim ayat 3-5,
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
Sejak saat itu, Hafshah berusaha memperbaiki diri dengan mendekatkan diri kepada Allah. la memperbanyak puasa dan shalat Malam. la tak pernah mengulangi perbuatannya lagi hingga Rasulullah wafat.
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015