Oleh: Ayu Mela Yulianti, SPt.
Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik
ayumelayulianti@gmail.com
ALLAH SWT berfirman :
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan: 2).
Anak memiliki kedudukan yang beragam dalam Islam. Tergantung dari bagaimana orang tua membentuk karakternya bahkan dari sejak sebelum pembuahan.
Karenanya Rasulullah ﷺ mendorong para lajang untuk mencari pasangan hidup (jodohnya) diutamakan berdasarkan agamanya, walaupun boleh saja memilih berdasarkan kedudukan, kekayaan bahkan ketampanan atau kecantikannya.
BACA JUGA: Orangtua Berbuat Syirik, Begini Cara Anak Muslim Menyikapinya
Sehingga bagi seorang beriman, ia akan berusaha untuk mencari jodoh dengan pertimbangan agama, mencari pasangan hidup yang sholih, agar mudah dalam menjalani kehidupan rumah tanggamya, hingga dalam membentuk karakter anak sholih yang diidamkan yaitu anak dengan karakter yang unggul. Tidak semata memiliki anak tanpa tujuan yang jelas.
Sehingga kemungkinan memiliki anak yang sholih yang menjadi penyejuk mata, bisa direalisasikan.
Bukan hanya memiliki anak yang hanya sekedar sebagai perhiasan dunia (tampan dan cerdas namun jauh dari agama), atau bahkan menjadi fitnah sebab hanya dididik oleh orang tuanya hanya dalam masalah dunia saja namun tidak diberikan bekal agama yang cukup, atau bahkan menjadi musuh akibat tidak pernah mendapat sentuhan didikan dari kedua orang tua bisa jadi sebab terlalu sibuknya orang tua dalam mencari dunia.
Semua itu sangat terkait erat dengan bagaimana peran orang tua yang mendidiknya, juga bagaimana pengaruh lingkungannya, dan negara yang menerapkan sistem kehidupan.
Akan sulit mengarahkan atau mendidik anak hingga menempati posisi sebagai penyejuk mata bagi kedua orang tua dalam lingkungan masyarakat yang amburadul, yang tidak menjadikan Islam sebagai standar dalam berinteraksi, dan negara yang anti syariat Islam, sehingga kebanyakan anak hanya akan menempati posisi sebagai sekedar perhiasan dunia, fitnah, bahkan musuh bagi kedua orang tuanya.
Karenanya agar bisa menempatkan anak pada posisi sebagai penyejuk mata, sebagai kedudukan atau posisi tertinggi, seperti yang dicita-citakan oleh setiap orang tua yang beriman, membutuhkan kesolihan orang tua, masyarakat, dan negara.
Sebab anak tidak hanya berinteraksi dengan kedua orang tuanya saja, namun juga berinteraksi dengan teman-temannya dilingkungan sekolah atau lingkungan bermainnya, juga akan menjalankan peraturan hidup atau sistem yang diterapkan oleh negara.
Karenanya penting menjadi orang tua yang sholih, memiliki lingkungan masyarakat yang sholih, juga negara yang menerapkan sistem hidup yang sholih, yaitu sistem hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa, yaitu sistem Islam yang menerapkan hukum-hukum syariat Islam secara kaffah.
Sehingga dengan peraturan hidup yang benar yang diterapkan oleh negara, akan sangat memberikan pengaruh yang nyata bagi kehidupan masyarakat, yaitu akan terbentuk masyarakat yang baik, yang secara otomatis akan mempengaruhi kehidupan dalam keluarga, termasuk didalamnya kehidupan individu-individu didalam keluarga, yaitu orang tua dan anak.
Orang tua tidak akan kesulitan dalam mengajarkan adab pada anak misalkan, sebab seiring sejalan dengan peraturan hidup yang diterapkan oleh negara dan dilakukan secara terus-menerus dalam masyarakat.
Berkata baik, jujur, menghindari perbuatan dosa dan maksiat, melaksanakan seluruh ketaaatan kepada Allah Swt dan lain sebagainya, akan mudah dilakukan sebab didukung oleh sistem hidup yang diterapkan oleh negara.
Sehingga kemungkinan atau peluang untuk memiliki anak yang sholih sebagai penyejuk mata sangat besar dalam sistem hidup yang menerapkan peraturan Islam oleh negara, dibandingkan dengan peluang memiliki anak yang sholih dalam sistem hidup yang tidak islami seperti hari ini saat hidup diatur oleh sistem hidup sekuler kalitalisme yang membuat anak hanya menempati posisi sebagai perhiasan dunia, fitnah, bahkan menjadi musuh bagi kedua orang tuanya.
Firman Allah Swt :
اَلۡمَالُ وَ الۡبَـنُوۡنَ زِيۡنَةُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۚ وَالۡبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيۡرٌ عِنۡدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيۡرٌ اَمَلًا
Artinya : ” Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi : 46).
Juga firman Allah Swt :
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun [64]: 15).
BACA JUGA: Tanda-tanda Kiamat, Seorang Anak Lebih Memilih Teman daripada Ayah
Juga firman Allah Swt :
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).
Karenanya, semoga para orang tua hari ini, dikaruniai anak yang sholih sebagai penyejuk mata yang taat pada kedua orang tuanya, sebab taatnya ia pada Allah Swt dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt :
رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً
Artinya : ” Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74)
Wallahualam. []