SALAH satu keelokan yang ditunjukkan oleh Aisyah kepada kaum muslimin adalah bahwasannya dia menjadi sebab turunnya ayat tayamum.
Dari Aisyah, istri Nabi saw., dia berkata, “Kami bepergian bersama Rasulullah SAW pada salah satu safar beliau. Sampai ketika kami berada di suatu daerah, yang berjarak satu barid dan beberapa mil dari Madinah. Tidak ada air di negeri itu, kalungku terlepas dari leherku lantas kalung itu jatuh. Rasulullah tertahan karena mencarinya sampai terbit fajar, dan rombongan itu tidak membawa air.”
BACA JUGA: Romantisme Rasulullah Bersama Aisyah
Aisyah berkata, “Aku mendapatkan cercaan dan hardikan dari bapakku. Bapakku berkata, ‘Pada setiap safar, kamu selalu menimpakan kesulitan dan bencana bagi kaum muslimin.’
Aisyah kembali berkata, “Allah menurunkan rukhshah tayamum pada waktu itu. Orang-orang melakukan tayamum dan mengerjakan shalat.” Aisyah bertutur lagi, “Bapakku berkata ketika rukhshah tayamum itu diturunkan untuk memudahkan kaum muslimin, ‘Aku tidak tahu, anakku, bahwa engkau ini berkah. Berkah dan kemudahan diberikan Allah kepada kaum muslimin akibat engkau menahan mereka di sini.'” (Musnad Ahmad 6/273, berderajat shahih)
Nabi SAW tidak menikahi gadis selain Aisyah. Nabi menikahinya sesudah menikah dengan Ummul Mukminin Khadijah dan Saudah binti Zam’ah ra., karena keinginan beliau untuk menambah komponen penguat cinta dan pershahabatan antara beliau dengan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Kedudukan Aisyah sangat kuat bertahta pada diri beliau. Ruh beliau yang mulia berpisah meninggalkan jasad beliau yang berada di pangkuan Aisyah. Aisyah ra. hidup sampai dia mengalami fitnah besar sesudah terbunuhnya Utsman bin Affan ra. Terjadilah Perang Jamal, Aisyah keluar untuk mendamaikan antarmuslimin. Aisyah ra. terkenal dengan rasa malunya dan sifat wara’nya.
BACA JUGA: Hari Paling Bahagia bagi Aisyah
Dari Aisyah, dia berkata “Aku masuk ke rumahku yang Rasulullah SAW dan bapakku dikuburkan di situ. Kutanggalkan pakaianku sembari bergumam, ‘Ini hanyalah suamiku dan bapakku.’ Tatkala Umar juga dikuburkan di tempat itu berdampingan dengan mereka maka aku tidak pernah masuk ke rumah itu kecuali dalam keadaan mengenakan pakaian secara Iengkap, karena malu kepada Umar.” (Musnad Ahmad 26405, shahih) []
Sumber: Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan/ Penulis: Ali bin Nasyif asy-syuhud/ Penerbit: Ar-Rijal Publishing/ April, 2013