DISEBUTKAN dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud ra justru mulai bangun untuk shalat tahajud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar menyingsing.
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri ra pernah ditanya, “Mengapa orang-orang yang suka bertahajud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab, “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.”
BACA JUGA: Beda Qiyamul Lail dan Tahajud
Abu Sulaiman berkata, “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini.”
Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan, “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan shalat berjemaah.”
BACA JUGA: 3 Cara Membangun Kebiasaan Sholat Tahajud
Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan, “Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.”
Ada seseorang yang bertanya, “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab, “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.” []
Referensi: Tazkiyyatun Nufus/Karya: Dr Ahmad Farid