ENTAH dari mana harus mulai cerita, yang pasti hati saya suka gerimis bila ingat bocah 5 tahun itu digendong ayahnya. Terbayang senyum tulus lelaki itu, menenangkan, menuntun dan memekluk buah hatinya yang terisak.
Engkau tahu mengapa?
Bocah 5 tahun itu kehilangan kakak yang sekira 8 tahun usianya, meninggal karena sakit yang dideritanya. Teman bermain, belajar, dan bercandanya itu kini telah tiada.
BACA JUGA: Perbuatan Dosa Membuat Manusia Kehilangan Rasa Malu
Belum kering air mata pertama, ternyata air matanya meluap lagi. Lebih deras dan menyayat hati. Bila kemarin kakak yang pergi meninggakannya, kini ibunya pun meninggal karena sakit yang menderanya.
Bocah 5 tahun itu terpukul, sedih, dan pilu. Di usianya yang muda belia harus kehilangan dua orang tercinta, dua orang dekat, dan dua orang yang paling dibutuhkan dalam hidupnya.
Tapi tahukan engkau, sesungguhnya ada seorang lelaki yang tak kalah pilu? Ia kehilangan anak dan istrinya tercinta. Susul-menyusul dalam kurun waktu yang singkat, tiba-tiba, dan tak terbayangkan sebelumnya.
Bila ingat senyum tulus lelaki itu, menggendong anaknya, hati saya tersayuk pilu. Lelaki itu terlihat tegar, atau lebih tepatnya menegar-negarkan diri, tak boleh terlihat lemah dan berderai air mata di hadapan putranya. Harus kuat demi sang putra, atau menguatkan hati dan menghiburnya.
BACA JUGA: Yang Lebih Perih dari Kehilangan Adalah…
Tapi saya yakin, seteguh apapun hatinya menyikapi kehilangan dua orang tercinta, air mata itu akan tumpah pula. Di malam hari, saat shalat, saat merenung, saat munajat pada Rabb sang pemilik kehidupan dan kematian.
Saya ceritakan kisah ini pada istri, dan gerimis tak terbendung di hati kami. Acapkali kita menengadahkan muka melihat kehidupan orang lain, terpukau dengan capaian, prestasi dan kesusksesan orang lain sehingga hati meranggas keras. Maka melalui kisah ini kami belajar menundukan muka, melihat ke bawah untuk mengambil pelajaran, untuk mengeja makna cinta, bersyukur dengan keadaan.
Saat kita sedih karena tidak bisa beli sepatu, ternyata ada orang lain yang tidak punya kaki. Dan mereka tabah dengan kondisi yang dihadapinya. Allah Kariim, ampuni dosa kami yang selama ini kurang bersyukur. []