CHRISTCHURCH — Farid Ahmed, salah satu korban selamat dari teror di masjid An Noor, christchurch, Selandia Baru, menuturkan kesaksiannya. Pada peristiwa penembakan itu, dia kehilangan istrinya Hosne.
Saat Brenton Tarrant mendatangi Masjid Al Noor, Ahmed yang lumpuh akibat tertabrak mobil, sedang duduk di kursi roda di dalam masjid bersama Hosne.
BACA JUGA: Inilah Daftar Sejumlah Korban Aksi Teror Dua Masjid di selandia Baru
Ketika Tarrant melepas tembakan, Hosne berusaha membawa keluar para Muslimah dan anak-anaknya dari pintu samping masjid.
“Pegang anak-anakmu, datanglah ke sini,” pekiknya saat itu.
Setelah mengamankan muslimah dan anak-anak, Hosne kembali masuk masjid untuk menolong Ahmed, suaminya yang berkursi roda. Hosne mempertaruhkan nyawanya sendiri, sementara Ahmed telah pasrah dan berpikir bahwa dirinya akan terbunuh.
Saat itu dia berada di ruang samping dan tak bisa melihat Tarrant menembaki orang-orang di dalam masjid. Namun, letupan senjata dan jeritan sangat jelas terdengar.
Ketika kembali ke masjid, Hosne ditembak dari belakang. Dia meninggal seketika. Sedangkan, Ahmed belum mengetahui bahwa istrinya telah tiada.
Ahmed akhirnya melarikan diri keluar masjid setelah melihat celah di antara orang-orang yang berhamburan ketakutan.
“Saya mengambil kesempatan itu dan keluar perlahan-lahan. Saya berharap setiap saat saya akan ditembak di kepala dari belakang,” katanya kepada New Zealand Herald, Senin (18/3/2019).
Ia mengaku melihat pemandangan yang mengerikan kala itu.
“Saya melihat darah, saya melihat orang terluka, saya melihat jenazah, orang panik,” ujar Ahmed.
Setelah keluar dari masjid, dia menghampiri mobilnya di halaman parkir. dan menunggu Hosne menjemputnya di sana.
Orang-orang berlarian melewatinya. Namun Ahmed tak panik dan tetap menunggu kedatangan istrinya.
Setelah tembakan berhenti, dia memutuskan masuk kembali ke dalam masjid.
Pada momen itu Ahmed baru menyadari betapa sadisnya aksi penembakan yang dilakukan Tarrant. Orang-orang tergeletak bersimbah darah. Mereka yang masih selamat memohon bantuan Ahmed. Ada pula yang menanyakan kapan ambulans datang. Ahmed hanya bisa menjawab bahwa bantuan akan datang segera.
BACA JUGA: Kesaksian Imam Masjid An Noor tentang Detik-Detik Teror
Ahmed meminta mereka yang masih selamat untuk bertahan dan bersabar. Saat itu, terdapat petugas polisi yang masuk ke masjid dan memerintahkan Ahmed keluar.
Dia masih mencari informasi tentang keadaan istrinya. Namun yang dapat dia lakukan hanya duduk dan menunggu. Sampai akhirnya, seorang petugas polisi, yang juga merupakan temannya, memberinya kabar bahwa Hosne telah meninggal.
Hatinya tentu terkoyak. Namun, Ahmed merasa bangga.
“Dia (Hosne) memberikan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain dan itu adalah pekerjaan terakhirnya,” ujarnya.
Kendati telah kehilangan orang yang dicintainya, dia justru mengungkapkan bahwa dirinya sama sekali tidak membenci si pelaku yang telah merenggut nyawa istrinya itu.
“Saya kehilangan istri saya tetapi saya tidak membenci si pembunuh. Saya pikir di suatu tempat dalam hidupnya mungkin dia terluka, “katanya kepada The Australian.
“Ada pepatah dalam bahasa Bengali: Orang harus memenangkan orang bukan dengan menembak, bukan dengan membunuh, tetapi dengan mencintai mereka.,” lanjut Ahmed.
Ahmed juga mengatakan bahwa dia berharap pria bersenjata itu – dan yang lainnya yang memiliki kepercayaan yang sama – akan merefleksikan apa yang telah terjadi dan mengubah hidupnya.
“Kamu masih hidup, kamu memiliki kesempatan,” katanya, “Setiap manusia memiliki dua sisi – kejahatan dan kemanusiaan; keluarkan kemanusiaan Anda … daripada membunuh dan membenci … Saya berharap saya bisa mengatakan itu,” sambung Ahmed.
Ahmed pun mengungkapkan, “Jika saya bisa mengubah satu orang dari kekejaman menjadi kedermawanan, saya akan merasa terhormat.” []
SUMBER: NZ HERALD | PERTH NOW