Oleh: Garnis
Guru, Tinggal di Karimun
Dulu aku pernah bergumam dalam hati,
“Ya Allah, aku ga mau pacaran lagi. Aku ga mau mendekati zina. Ga ada gunanya pacaran.”
Hingga akhirnya Allah jawab doa itu empat tahun yang lalu.
Dulu aku pernah berkata lirih dalam hati,
“Ya Allah, aku ingin suatu hari nanti bisa memakai jilbab syari, aku ingin menutup auratku secara sempurna.”
Hingga akhirnya Allah jawab doa itu di ramadhan 3 tahun lalu.
Allah SWT mengambil apa yang kita sukai untuk menggantikan dengan hal yang lebih baik
Perkenalkan aku adalah seorang wanita biasa, lahir dari keluarga biasa dengan pengetahuan agama juga “sangat biasa”. Aku seorang guru yang kebetulan ditempatkan di daerah terpencil selama setahun, daerah yang asing yang banyak membuatku merenung tentang hidup.
Pada zaman kuliahku dulu aku adalah seorang perempuan yang gaul, sangat mengikuti perkembangan zaman, suka nongkrong di tempat-tempat yang keren dan gaul memiliki banyak teman baik lelaki ataupun perempuan. Dan tentu saja aku tidak berjilbab, berjilbab hanya kalau ke kampus saja. Hal itu terus berlanjut sampai aku selesai kuliah. Dan keluargaku juga tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Hingga pada tahun 2013 aku mengikuti program pemerintah mengajar di daerah terpencil di suatu pulau. Namanya daerah terpencil tentu saja daerahnya sepi, jauh dari kota dan tidak ada hiburan. Namun aku menikmati hal tersebut sedikit banyak pemikiranku tentang hidup yang bebas mulai berkurang. Pada dasarnya aku adalah seorang yang gampang bersosialisasi, menurut teman-temanku aku orangnya ramah dan lucu sehingga cepat sekali akrab dengan orang lain.
Hari-hariku dipulau kujalani seperti biasa, mengajar di sekolah pagi, masak, menyuci dan mengajar anak les di malam hari. Hingga suatu hari, hari yang tak mungkin terlupa, di hari jumat yang agung Allah memanggil ayah untuk selamanya. Tak terbayang rasanya, aku pingsan menangis sesenggukan. Begitu cepatnya Allah mengambil ayah, padahal aku belum bisa memberikan apapun kepada ayah, aku belum bisa membahagiakannya, aku belum menyenangkannya, aku belum memberikan apapun untuknya.
Setiap malam aku menangis mengingat tentang ayah, aku mengutuki diriku yang belum bisa membahagiakan ayah. Banyak sekali malam yang ku lalui dengan merenung, aku berfikir bagaimana caranya aku membahagiakan ayah sementara ayah sudah tidak ada di dunia, dan sepertinya Allah mengirimkan hidayah melalui musibah ini.
Aku memutuskan untuk berjilbab dan tidak akan membukanya lagi. Iya aku mulai berhijab, menutup auratku. Karena menurut hadis yang kudengar,
“Selangkah anak perempuan keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah pula ayahnya hampir ke neraka.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Hadis itu cukup menampar diriku, aku mulai berjilbab kemanapun walaupun hanya sekedar mengangkat jemuran. Meskipun jilbabku belum sempurna (syari) namun aku berusaha untuk tidak menampakkan auratku. Ya, aku masih mengenakan celana jeans, baju-baju kaos dan jilbab yang trendi. Aku mulai belajar mengaji, karena aku belum fasih mengaji bahkan aku belajar dari siswaku, dia pandai sekali mengaji juara MTQ daerah, aku minta diajarin olehnya tiap malam walaupun hanya sebulan, setidaknya mulutku sudah tidak kaku lagi. Aku tidak malu, untuk apa malu belajar?
Dan aku juga menambah hapalan surah-surah pendekku, malu sekali rasanya jika shalat bacaannya hanya itu-itu saja. Lagu saja bisa kuhapal sampai ribuan, kenapa surah-surah pendek tidak bisa ku hapal? Begitulah pemikiranku.
Selain menambah hapalan surah aku juga rutin melakukan amalan-amalan sunah seperti shalat dhuha dan puasa senin-kamis. Baru itu saja memang yang bisa kulakukan. Aku ingin semua amalanku ini mengalir kepada ayahku, mungkin aku tidak bisa membahagiakannya di dunia tapi setidaknya aku tidak menyusahkannya di akhirat.
Aku tidak tahu apakah aku termasuk anak yang sholeh yang doanya dikabulkan Allah, tapi yang aku tahu aku akan terus mendoakan ayah. Dan aku juga memutuskan untuk tidak akan pernah pacaran lagi.
Begitulah Allah memberikan hidayah kepadaku, melalui musibah. Kehilangan dan menemukan hidayah. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.