Preeet..!
Suara kentut itu pelan, tapi jernih. Merah padamlah wajah sang wanita, serasa harga dirinya runtuh seketika.
Terlebih di hadapannya seorang tokoh terpandang, guru besar, dan ulama kharismatik yang dihormati banyak orang.
Ke majelis tempat Imam Khatim bin Alwan mengajar, wanita itu datang untuk meminta pendapat mengenai suatu persoalan.
Begitu masuk dan beruluk salam, saat menyapa sang ulama tiba-tiba-maaf-pantatnya turut bicara. Ini yang membuat sang wanita kehilangan muka. Apalagi mengingat dirinya seorang wanita terpandang, keturunan bangsawan di negerinya.
BACA JUGA: Larangan Mencela Ulama
Syukurnya di sana tidak ada orang selain sang Imam, namun demikian rasa malunya tetap tak biasa disembunyikan.
Imam Khatim pun ternyata tak kalah kagetnya, seumur-umur memberikan ceramah, nasihat, dan dikerumuni banyak orang, baru kali ini ada tamu kentut di hadapannya.
Cantik parasnya, baik sikapnya, lembut tuturnya, tapi cerewet-maaf-pantatnya.
Seolah tak ada apa-apa, Imam Khatim mempersilakan sang wanita bicara.
Dengan suara pelan karena tertahan rasa malu, wanita itu menyampaikan maksud kedatangannya. Sang imam menyimak dengan seksama.
“Coba ulangi lagi, apa keperluanmu?”
Wanita itu kaget mendengar teriakan Imam Khatim, tapi buru-buru mengulangi ucapannya yang tadi.
“Lebih keras lagi suaramu, aku tidak mendengar. Apa kamu tidak tahu, semenjak seminggu lalu aku ini menjadi budek, pekak, akibat demam panas.”
Imam Khatim kembali bersuara lantang, dan wanita itu pun kembali terkaget-kaget. Namun di balik rasa kagetnya, ia bahagia bahwa sang imam mengaku tuli. Yang tentu saja suara kentutnya tadi tak kedengaran sang imam. Bila suara lantang saja tak terdengar, apalagi kentut yang lembut.
Rona wajah sang wanita berubah cerah, ada lega di hatinya dan sunggingan senyum di bibirnya. Ia merasa bahwa tak ada yang tahu suara kentutnya selain dirinya dan Allah saja.
Semenjak saat itu Imam Khatim bin Alwan terkenal sebagai ulama budek dengan gelar Al-Asham (tuli).
Bukan tanpa alasan, demi menjaga kehormatan seorang wanita, beliau pura-pura tuli selama bertahun-tahun, sepanjang wanita tersebut masih hidup dan tinggal di kota yang sama.
Karena itulah beliau dijuluki gelar kehormatan Khatim Al-Asham, atau Khatim yang tuli. Masyallah…
Inilah pelajaran bagi kita, bahwa kehormatan saudara kita mesti dijaga. Biarlah kelemahannya menjadi yang kita tutupi dengan rapi, sebab setiap orang juga punya masa lalu yang kelam. Termasuk kita.
BACA JUGA: Seperti Inilah Ibadah di Balik Ilmu Para Ulama
Bila saja dosa beraroma, siapa sudi bersahabat dengan kita. Sungguh Allah sayang kita, Dia jaga dan tutupi segala khilaf dan dosa, Dia beri kesempatan tuk insafi dan perbaiki segalanya.
Mari jaga kehormatan sesama, karena “Sesungguhnya termasuk dosa-dosa besar yaitu seseorang yang menjatuhkan kehormatan seorang muslim (dengan membicarakan aibnya) tanpa alasan yang haq.” (HR Imam Abu Dawud). []