KEIMANAN adalah amalan hati, namun orang yang beriman dapat diketahui dari amalan fisik. Karena amalan fisik itu salah satu tanda bukti dari keimanan itu sendiri.
Ditinjau dari sisi pengertian, iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk.
Kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Dan beliau mengkritik orang yang memaknai iman secara bahasa hanya sekadar pembenaran hati (tashdiq) saja tanpa ada unsur menerima dan tunduk. Kata ’iman’ adalah fi’il lazim (kata kerja yang tidak butuh objek), sedangkan tashdiq adalah fi’il muta’addi (butuh objek) (Lihat Syarh Arba’in, hal. 34)
BACA JUGA: Sedekah adalah Salah Satu Bukti Keimanan
Adapun secara istilah, dalam mendefinisikan iman manusia pendapat menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadits serta ahlul Madinah (ulama Madinah) –semoga Allah merahmati mereka, demikian juga para pengikut madzhab Zhahiriyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah: pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan.
Para ulama salaf –semoga Allah merahmati mereka- menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang (lihat Kitab Tauhid li Shaff Ats Tsaani Al ‘Aali, hal. 9).
Kepedulian Cermin dari Keimanan, Erupsi Gunung Semeru
Sudah kita ketahui bersama, bahwa banyak dari saudara kita yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru. Tidak sedikit nyawa yang terenggut, satu demi persatu mulai ditemukan jenazahnya. Banyak pula yang rumahnya luluh lantah, sehingga banyak yang mengungsi, tanaman sawah dan kebunnya ludes.
Sebagai orang beriman pasti hati kecil ini terketuk, tergerak untuk peduli terhadap saudara. Karena kepedulian cermin keimanan. Rasulullah ﷺ mengingatkan kepada kita:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata mengenai hadits di atas, “Di antara tanda iman yang wajib adalah seseorang mencintai saudaranya yang beriman lebih sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia pun tidak ingin sesuatu ada pada saudaranya sebagaimana ia tidak suka hal itu ada padanya. Jika cinta semacam ini lepas, maka berkuranglah imannya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:305).
BACA JUGA: Bertambah dan Berkurangnya Keimanan
Sikap yang dilakukan oleh seorang muslim ketika melihat saudaranya yang melakukan kesalahan adalah menasihatinya. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Jika seseorang melihat pada saudaranya kekurangan dalam agama, maka ia berusaha untuk menasihatinya (membuat saudaranya jadi baik).” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:308).
Kepedulian Cermin dari Keimanan, yang Membutuhkan Pertolongan
Termasuk juga tanda cinta terhadap saudaranya dengan cara menolongnya bila membutuhkan pertolongan. Orang beriman satu dengan yang lain itu merupakan satu kesatuan, saling membantu. Allah Ta’ala Berfirman :
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ…
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain…” (QS. At-Taubah: 71).
Rasulullah ﷺ juga memperumpamakan mu’min satu dengan yang lain bagaikan satu tumbuh. Bila yang lain bagian tubuh tersebut merasakan ni’mat atau kebagian maka bagian tubuh lain juga merasakan ni’mat atau ikut bahagia pula. Begitu pula sebaliknya, bila sebagian tubuh merasakan sakit, maka yang lain juga merasakan sakit pula. Ini salah satu karakter orang beriman. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dn Muslim)
Di sisi lain, Rasulullah ﷺ juga merumpamakan orang beriman bagaikan bangunan yang saling menguatkan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semua perumpamaan orang beriman yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada kita merupakan salah satu metode tarbiyah Ala Rasulullah SAW kepada Ummat Islam untuk menghidupkan akal, memfungsikan akal dalam memahami syari’at, supaya lebih mudah dipahami.
Adapun bentuk kontribusi kita kepada saudara kita yang terkena musibah dapat kita lakukan dengan banyak hal.
Kepedulian Cermin dari Keimanan, Kontribusi dengan Harta
Apabila Allah Ta’ala memberikan kita harta yang lebih, maka kita dapat kontribusi dengan harta. Bila diberikan kelebihan tenaga, maka kita bantu dengan tenaga.
BACA JUGA: 4 Tanda Keimanan yang Harus Kamu Ketahui!
Bila diberi kemampuan dalam ide, maka kita bantu dengan ide, dan tidak kalah pentingnya yaitu doa. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk mengabaikan saudara kita yang terkena musibah. Apalagi di zaman sekarang, Allah Ta’ala memudahkan orang untuk mengajak kebaikan misalnya dengan mengajak peduli kepada saudaranya dengan wasilah hp.
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan kesabaran kepada saudara kita yang terkena musibah. Menjadi muhasabah untuk kita semua. Semoga Allah Ta’ala menerima keimanan dan semua amal ibadah kita. Melimpahkan sabar dan ikhlas serta keistiqomahan dalam setiap beramal. Aamiin yaa Robb. []