SAYA dilahirkan dari keluarga nonmuslim. Saya telah hidup selama 25 tahun, dan selama itu saya tidak pernah peduli dengan keberadaan Tuhan, terlebih Islam. Yang saya tahu tentang islam adalah para perempuan yang memakai pakain tertutup dan memakai jilbab.
Saya masih ingat, ketika saya duduk di bangku SMA, saya sempat mempelajari Al-Quran. Saya membaca beberapa ayat di dalamnya. Namun pada saat itu saya belum memiliki ketertarikan terhadap Islam. Walaupun saya tahu bahwa apa yang dijelaskan dalam Al-Quran adalah masuk akal.
Pada suatu hari saya berada pada suatu tempat yang sangat indah. Saya mengambil beberapa foto untuk didokumentasikan. Semenjak saat itulah saya merasa begitu kecil. Saya melihat hamparan bumi yang begitu luas dan indah. Tidak mungkin semua keindahan ini tidak ada yang menciptakan. Berawal dari kejadian itulah saya merasa mempunyai banyak pertanyaan tentang kehidupan ini.
BACA JUGA:
Tengah Bertugas di Aleppo, Tentara Rusia Ini Masuk Islam
Tanya Bukti Keberadaan Allah kepada Zakir Naik, Gadis Ini Masuk Islam
Allah seakan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang mulai menghinggapi alam bahwa sadar saya. Allah pertemukan saya dengan perempuan muslim disebuah acara. Ia bernama Shahida. Wanita asal Amerika ini seorang mualaf. Kami banyak berdiskusi mengenai Islam dan Al-Quran. Ia tak pernah lelah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tentang Islam, bahkan pertanyaan konyol saya. Ia berkata kepada saya bahwa, “Dengarkanlah kata hatimu, maka engkau akan tahu mana yang benar.”
Semenjak saat itulah saya mulai merenungkan setiap detik kehidupan saya. Lukisan bumi yang membawa saya mengenal Islam ini. Akhirnya terus membuat saya berpikir tentang penciptaan alam ini. Bagaimana Tuhan mengatur alam ini dengan begitu indah. Hamparan awan yang tersapu angin, langit yang mudah berubah warna seiring berjalannya waktu. semuanya begitu indah dan saya yakin bahwa semua ini ada yang mengaturnya.
Setelah pengalaman ini, saya tidak bisa lagi menyangkal keberadaan Allah. Setelah 25 tahun menyangkal keberadaan Tuhan, kini saya yakin bahwa ada yang mengatur kehidupan saya. Saya mulai tertarik dan merasa nyaman dengan Islam. Seperti kata Shahida, dengan mendengarkan kata hati, saya mulai menerima Islam dalam hidup saya.
Saya mulai membayangkan bahwa diri saya adalah seorang muslim. Hingga tak sadar, diri ini melangkah ke arah salah satu masjid di Amerika. Saya mulai memantapkan diri untuk mengunjungi saudara-saudara muslim saya di sana. Dan saya berikrar bahwa saya seorang muslim. Saya membaca dua kalimat syahadat dan menerima Islam dalam hidup saya. []