KALA mentari Islam terbit menyinari bumi Jazirah, Umar masih menganut kesyirikan. Rasulullah SAW berharap Umar masuk Islam agar menjadi duri di punggung kaum musyrikin. Beliau berdo’a, “Ya, Allah! Muliakanlah Islam dengan salah satu di antara dua orang yang lebih engkau cintai; Abu Jahal bin Hisyam atau Umar bin Al-Khattab.’ Perawi berkata. ‘Dan yang lebih (Allah) cintai di antara keduanya adalah Umar’. (HR. Tirmidzi [3683], dishahihkan Al-Albani dalam shahih sunan At-Tirmidzi [2907])
Keislaman Umar menjadi faktor besar kemenangan dan kekuatan Islam, karena ia memiliki kekuatan dan keberanian istimewa. Ia tidak takut celaan siapa pun juga selagi karena Allah.
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Keislaman Umar merupakan penaklukan, hijrahnya merupakan kemenangan, dan kepemimpinannya merupakan kasih sayang. Sebelumnya, kami tidak bisa shalat di Ka’bah hingga Umar masuk Islam. Saat masuk Islam, Umar berkelahi melawan kaum Quraisy hingga shalat di dekat Ka’bah dan kami pun shalat bersamanya.” (HR Ibnu Sa’ad (I/270), Hakim (III/83, 84). Hakim berkata,”Sanad hadist ini shahih, hanya saja tidak ditakhrij Bukhari dan Muslim.” Adz-Dzahabi menyetujui pernyataan ini)
Demikianlah Umar memasuki Ka’bah yang diberkahi itu, sehingga, menjadi benteng kokoh yang membela Islam dan kaum Muslimin.
Seperti itulah keluarga Umar nan penuh berkah itu berada di bawah naungan agama agung dan Nabi mulia SAW. Mereka meminum dari sumber yang jernih, mempelajari tingkah laku, akhlak, ibadah, perilaku, dan kasih sayang Nabi SAW. []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/Syaikh Mahmud Al-Mishri/Ummul Qura